Laman

Sabtu, 07 Maret 2009

Mengeja Laba Usaha Kursus Baca Tulis

Orang tua sering khawatir kalau anaknya yang baru masuk sekolah dasar (SD) tak segera menguasai keterampilan membaca dan menulis. Alhasil, sebagian memilih menggenjot kemampuan ini dengan memasukkan ke lembaga kursus.

Yeni adalah salah satu yang melihat peluang bisnis dari kondisi ini. Sejak tahun 2003, Yeni mendirikan kursus Baca Tulis di Yogyakarta. Kursus ini memberikan jasa mengasah kemampuan membaca dan menulis anak dengan memberi stimulus berupa pembacaan dongeng dan berbagai lembar kerja. Target lembaga ini adalah anak-anak kelas 1 SD sampai kelas 2 SD.

Setelah cukup sukses dan melihat peluang lebih besar, sejak tahun 2006, Yeni lantas mengembangkan bisnis pendidikannya dengan konsep kemitraan.

Untuk menjadi mitra kursus Baca Tulis, Anda harus merogoh kocek sebesar Rp 20 juta. Dengan duit sebesar itu, mitra akan mendapatkan paket perdana senilai Rp 10 juta yang meliputi paket alat peraga, rak pajangan, perangkat administrasi, dan modul pembelajaran. Lalu, alat promosi seharga Rp 5 juta, dan biaya lisensi selama lima tahun seharga Rp 5 juta.

Total biaya tersebut juga sudah mencakup pelatihan pekerja maksimal tiga orang. Namun, biaya itu belum termasuk prasarana yang meliputi tempat kursus, meja, kursi, dan sebagainya.

Meski sudah membayar semua biaya tersebut, Anda belum dianggap sebagai mitra sampai lulus masa percobaan selama setahun. Pihak Yeni akan mengevaluasi langsung mitra yang meliputi jumlah murid dan sistem pembelajaran. "Jika tidak sesuai target, mitra dianggap gagal," ajar Yeni. Jika gagal, mitra hanya akan mendapat pengembalian biaya lisensi sebesar Rp 5 juta.

Sistem royalti

Pemasukan mitra dari bisnis ini berasal dari biaya pendaftaran yang berkisar Rp 150.000 sampai Rp 300.000 per siswa dan iuran bulanan yang berkisar Rp 120.000 sampai Rp 300.000 per siswa. "Besar biaya bervariasi, mitra bisa menentukan sendiri besaran biaya berdasarkan lokasi masing-masing," kata Yeni.

Lama proses belajar di lembaga kursus ini dua kali seminggu selama 75 menit setiap pertemuan. Agar pengajaran lebih maksimal, jumlah anak dibatasi hingga delapan orang per kelas.

Jika usaha sudah jalan, mitra wajib menyetor royalti dari sebagian pendapatan kursus tiap bulan. Besarnya bervariasi, tergantung komponen pendapatan. Misal, dari setiap biaya pendaftaran peserta, si mitra harus membayar royalti 50 persen ke pusat. Dari iuran bulanan peserta kursus, mitra harus membayar royalti 35 persen.

Dengan asumsi mitra mampu menggaet minimal enam siswa setiap bulan, Yeni memperkirakan mitra akan balik modal dalam satu tahun. Perhitungannya, dengan 72 peserta setahun dan biaya pendaftaran Rp 150.000, mitra sudah mengantongi Rp 5,4 juta setelah dikurangi royalti. Dari pendapatan bersih iuran bulanan per anak Rp 82.500 per bulan untuk 72 anak, mitra mendapat Rp 46,33 juta per tahun setelah dikurangi royalti. Setelah dikurangi gaji guru sebesar 20 persen dari biaya lainnya, mitra bisa balik modal dalam setahun.

Saat ini, kursus Baca Tulis telah memiliki 36 gerai yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan, dan Lampung. "Ada 23 cabang produktif. Sisanya masih salah kelola," ujar Yeni. Yang masuk kategori produktif adalah cabang yang bisa menggaet minimal 20 siswa per bulan dengan omzet Rp 10 juta-Rp 12 per bulan. (Kontan)

Menyantap Gurih Laba Rawon Nguling

Rawon adalah masakan khas Jawa Timur yang bumbu utamanya adalah kluwek. Dalam bahasa Betawi, kluwek disebut pucung. Rawon disajikan dengan sambal cabe, irisan bawang, serta tauge. Rasanya yang gurih membuat banyak orang ketagihan masakan ini.

Maka, tak heran bisnis makanan dengan menu rawon mendatangkan untung lumayan. Salah satu yang sudah punya nama melegenda adalah Rumah Makan Rawon Nguling di perbatasan Pasuruan dan Probolinggo. Kini, Rawon Nguling juga sudah bisa dinikmati di beberapa kota.

Berawal pada 1940, dari sebuah kedai kecil yang semula hanya melayani para petani setempat, kini gerai Rawon Nguling sudah menyebar di banyak daerah. Sebut saja Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pandaan, dan Jakarta.

Saat ini, Rawon Nguling memiliki delapan gerai yang dikelola langsung generasi penerus Mbah Karyorejo, perintis Rawon Nguling. Pemilik Rawon Guling ingin gerainya kian menyebar ke lebih banyak tempat. Makanya sejak pertengahan 2008, mereka menawarkan lisensi merek.

Sampai saat ini, memang belum ada satupun mitra yang sudah membuka gerai Rawon Nguling, Tapi menurut Suprayitno, generasi kelima pemilik Rawon Nguling, dua bulan lagi ada 8 calon mitra yang bakal akan membuka gerai.

Nama Jadi Jaminan

Rawon Nguling menawarkan tiga jenis paket lisensi. Perbedaan ketiga paket ini adalah luas tempat usaha atau daya tampung usaha. Paket pertama adalah paket rumah makan atau restoran dengan investasi Rp 200 juta. Kedua, paket rumah toko (ruko) atau mini restoran senilai Rp 150 juta. Ketiga, paket food court senilai Rp 100 juta.

Nilai investasi ketiga paket ini belum termasuk biaya sewa tempat, renovasi ruangan, dan peralatan. Bila memasukkan komponen itu, total investasi restoran berkisar Rp 755 juta, paket kedua Rp 607 juta, dan paket ketiga Rp 480 juta. Ikatan kerjasama ketiga paket selama lima tahun.

Investasi lisensi Rawon Nguling ini lumayan mahal. Namun kata Suprayitno, popularitas yang sudah puluhan tahun menjadi nilai jual usaha ini. "Kami juga tetap pertahankan kualitas rasa rawon secara tradisional," ujarnya.

Karena menerapkan sistem lisensi, tak ada royalty fee. Namun, untuk standardisasi rasa, mitra harus membeli bumbu dasar rawon seharga Rp 90.000 per kilogram dan daging empal seharga Rp 7.500 per potong dari pusat. "Rawon kami harus memakai daging empal dari daerah Probolinggo," kata Suprayitno.

Harga jual Rawon Nguling Rp 15.000- Rp 22.000 per porsi. Marjinnya 30 persen-45 persen.

Suprayitno menjanjikan, mitra bisa balik modal antara 22-24 bulan alias dua tahun. Untuk paket rumah makan misalnya, dengan asumsi pendapatan kotor Rp 6 juta - Rp 8 juta per hari, balik modal akan terjadi pada bulan ke-24. Paket ruko, dengan asumsi omzet Rp 4,5 juta - Rp 6 juta per hari, balik modalnya pada bulan ke-22. Sedang untuk paket food court, si mitra akan balik modal di bulan ke-24 bila jika berhasil membukukan omzet minimal Rp 3,5 juta per hari.

Menurut Suprayitno, target balik modal itu tidak sulit dicapai. Contoh, cabang Rawon Nguling yang buka Desember 2008 lalu di kawasan Cikajang, Jakarta Selatan, mampu mencetak penjualan sekitar Rp 4 juta - Rp 6 juta per hari. "Paling sepi, omzetnya Rp 4 juta," kata Suprayitno. Jumlah pengunjungnya 100-200 orang per hari. "Penjualan kami di Probolinggo jauh lebih tinggi lagi. Minimal kami dapat Rp 14 juta per hari," imbuh Suprayitno. (Dessy Rosalina/Kontan

Laba Besar dari Miniatur Kendaraan

Jangan membuang potongan kayu bekas yang berserakan di sekitar Anda. Alih-alih menjadi sampah, potongan kayu tersebut bisa menghasilkan fulus cukup lumayan.

Heru Harmanta, pemilik Agung Handicraft, telah membuktikannya. Bermula dari upaya mengutak-atik potongan kayu yang berserakan di rumahnya, is kini dikenal sebagai pembuat miniatur kendaraan seperti mobil dan motor yang memiliki nilai jual tinggi.

Bermodal awal sekitar Rp 2 juta, kini lelaki berusia 39 tahun ini mampu meraup omzet puluhan juta per bulan dari bisnis ini. Maklum, meski terlihat sepele dan gampang dibuat, ternyata cukup banyak orang menggemari miniatur kendaraan bikinan Heru.

Ketika memulai usahanya, Heru hanya dibantu dua orang karyawan untuk membuat miniatur tersebut. Setiap bulan, ia cuma mampu memproduksi sekitar 100 miniatur.

Lantaran produksinya masih terbatas, Heru hanya menawarkan produknya ke kawasan wisata terdekat, yakni Malioboro dan Candi Prambanan. "Awalnya, banyak orang masih menganggap aneh, tapi akhirnya mereka suka juga," katanya. Dari hasil jualan miniatur ini, Heru meraup omzet sekitar Rp 2 juta. "Saya baru balik modal dalam delapan bulan," ujarnya.

Tapi, itu cerita lalu. Saat ini, bisnis Heru terus merangkak naik. Sekarang, omzetnya sudah mencapai Rp 35 juta sampai Rp 60 juta per bulan. Jumlah karyawannya telah bertambah menjadi 15 orang. Kapasitas produksinya kini telah meningkat menjadi sekitar 1.000 miniatur per bulan, bahkan bisa lebih besar lagi. "Memang, belakangan ada penurunan 20% karena krisis global," kata Heru.

Heru mengaku mengambil marjin yang lumayan besar dari usaha ini. "Harga jual miniatur ini sekitar enam kali lipat dari harga bahan baku. Kalau dihitung, marjinnya bisa sampai 200 persen," beber Heru. Adapun bahan bakunya adalah kayu sono keling, mahoni, dan jati. Lantaran cuma sisa potongan kayu, harganya terbilang murah.

Untuk memasarkan produk ini, Heru sering mengikuti pameran dan bekerjasama dengan dinas pariwisata dan industri setempat untuk mendapatkan pasar potensial. Ia mengaku, sulit mencari pasar jika bergerilya sendiri. "Sebelumnya, saya sempat memasarkan ke toko toko besar. Tapi, hasilnya tak seberapa karena tak ada lonjakan permintaan," ujarnya.

Kreatif bikin model

Agar pasarnya semakin luas, Heru juga berjuaIan lewat internet. Berkat rajin ikut pameran dan berjualan di dunia maya, Heru sudah mengekspor produknya ke Eropa, Australia, Amerika Serikat, Asia, dan Timur Tengah. "Pengunjung di pameran internasional terlihat antusias membeli produk saya," ujarnya sumringah.

Kini, Heru memiliki kurang lebih 115 model miniatur kendaraan aneka ukuran. Harganya mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 300.000 per unit. Sejauh ini, model ,yang paling diminati pembeli adalah motor Harley Davidson.

Jika ingin menggeluti bisnis ini, pria yang sempat mengecap bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini punya saran. "Modal awal menekuni bisnis ini sekitar Rp 2 juta," ujarnya. Menurutnya, uang sebesar itu cukup untuk membuat 200 unit miniatur.

Modal lain yang tak kulah penting adalah kreativitas membuat model, dan jeli mencari celah pasar. Maklum, saat ini pesaing di bisnis ini lumayan banyak. "Ada sekitar 21 pemain. Kebanyakan bekas karyawan saya," imbuhnya. (Kontan)