Selasa, 22 September 2015
Sulap Sampah Jadi Berkah, Pria Ini Raup Rp 14 Juta/Bulan
'Ubah sampah jadi berkah', kata ini menjadi pemikiran anak muda asal Tangerang, Banten yang menyulap sampah-sampah plastik menjadi barang cantik hingga bernilai ekonomis. Adalah Edy Fajar Prasetyo yang punya usaha yang bernama Eco Business Indonesia.
Bagi sebagian orang, sampah tak ubahnya limbah yang tak punya nilai tambah sama sekali. Di tangannya, sampah-sampah plastik bekas kemasan minuman seperti kopi, teh dan lainnya, diubah menjadi gantungan kunci, dompet, hingga tas wanita.
Ide kreatif tersebut muncul di 2013. Dari kepeduliannya soal sampah yang banyak di kampusnya, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan. Timbul idenya menyulap sampah tersebut agar bisa dijual.
"Sampah yang belum bisa dimanfaatkan kita manfaatkan jadi produk yang memiliki nilai jual. Kita produknya upcycle, yang tadinya sampah plastik jadi produk yang punya nilai jual. Ubah sampah jadi berkah," kata Edy kala berbincang dengan detikFinance, pekan lalu.
Kepeduliannya tak hanya soal sampah. Edy juga ingin memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di lingkungan kampusnya. Ibu-ibu tersebut diberi pelatihan untuk menjadi perajin sampah-sampah tersebut.
"Kami punya 10 orang ibu-ibu, kami tak menyebutkannya pegawai, tapi saya memang peduli Women Empowering untuk memenuhi pesanan by order (berdasarkan pesanan), kita juga jadikan beliau sebagai trainer," tambah pria berkacamata ini.
Edy mengatakan, tak mudah memulai usahanya, di 2013 dia telah menggelontorkan Rp 1 juta untuk modal awal. Usahanya tak begitu banyak berkembang hingga akhir 2014.
Kendala yang dihadapinya bermacam-macam. Terutama untuk meyakinkan lingkungannya bahwa sampah-sampah plastik bisa dikreasikan menjadi barang berharga.
"Prosesnya tidak gampang, kita awalnya tidak mendapatkan antusias," katanya.
Setelah upaya keras yang dilakukan. Usaha pria kelahiran September 1992 ini bersama timnya termasuk ibu-ibu tadi, akhirnya sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Beberapa keluarga di lingkungan kampusnya sekarang punya inisiatif untuk memilah sampah plastik kemasan agar bisa langsung dikoordinir dan dikumpulkan.
"Ada yang kita bayar Rp 50-80 per sachet, ada juga yang kita kasih satu item produk kita itu sudah senang," katanya.
Sampah-sampah plastik tersebut dianyam menjadi produk-produk seperti souvenir, dompet, hingga tas. Dalam sebulan, setidaknya produk yang dihasilkan bisa mencapai 30 sampai 50 item.
Penjualan produknya, lanjut Edy, masih sebatas online dan pameran. Sejumlah pameran di dalam negeri sudah diikutinya. Termasuk perlombaan produk kreatif di Malaysia. Ebibag, begitu sebutan produknya menyabet juara ketiga untuk kategori sosial.
Edy mengaku belum bisa menyebutkan angka pasti, namun secara rata-rata, dari usahanya mendapatkan omzet Rp 14 juta/bulan.
"Karena marketnya masih terbatas, jadi omzet jasa lebih besar dibanding produknya. Kita lebih banyak edukasi, kita menjual jasa. Kita punya program 'Petaka'. Pemberdayaan Tenaga Kreatif. Kita beri pelatihan untuk olah sampah, kalau jadi kita bantu pasarkan," katanya..
Produk yang dijualnya dibanderol dengan harga paling murah Rp 5.000 untuk souvenir, hingga Rp 350.000 untuk tas wanita berukuran besar. Pemasarannya dilakukan secara online, atau lewat internet seperti di beberapa akun sosial media atau website www.ebibag.com.
Edy mengaku masih ingin fokus untuk berjualan di dalam negeri.
"Kemarin ada siswa dari Belgia, program summer ke sini, dan barang kita diborong. Pasar internasional memang potensinya lebih besar. Tapi kita masih jual fokus di dalam negeri," tuturnya.
sumber : detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar