Laman

Sabtu, 24 Oktober 2009

Membonceng Laba dari Usaha Boncengan Anak

Mengantar jemput anak ke sekolah dengan sepeda motor? Sebagian orang tua mungkin was-was lantaran khawatir anak akan jatuh dan celaka. Apalagi, jika si buyung masih kecil dan belum terbiasa menbonceng di sadel sepeda motor. Belum lagi, si anak merasa tak nyaman karena sering tergoncang laju sepeda motor.

Nah, ada orang yang jeli melihat keresahan orang tua itu, dan mengubahnya menjadi ladang usaha. Dia adalah Roihatul Jannah, seorang produsen boncengan anak di sepeda motor.

Gagasan mengawali bisnis ini tak lepas dari pengalamannya mengantar jemput anak dengan sepeda motor. Sebagai seorang ibu yang anaknya masih bersekolah di taman kanak-kanak dan biasa mengantar ke sekolah, kekhawatiran terhadap keselamatan anak saat mengendarai sepeda motor selalu muncul. Ia memang sudah lumayan mahir mengendarai motor. Tapi, it.u tak menjamin bisa membonceng anak dengan aman.

Berdasar kebutuhan ini, Iat, begitu Roihatul biasa disapa, terpikir membuat alat yang lebih bisa menjamin anak duduk nyaman dan aman selama membonceng dengan motor. "Itu alasan mengapa saya memproduksi tempat boncengan khusus anak-anak," katanya.

Semula, Iat menggunakan cara konvensional, yakni menggunakan gendongan bayi yang ia modifikasi. Meski masih darurat dan sementara, setidaknya cara ini jauh lebih aman ketimbang anak diikat pada pinggang pengendara motor.

Ternyata, alat modifikasi gendongan yang ditaruh di motor buatan Iat menarik minat. para tetangga. "Banyak yang tertarik memilik alat itu. Saya pikir, ini merupakan sebuah peluang," katanya.

Dari sekadar modifikasi, Iat mulai mencari cara agar alat pelindung anak saat berboncengan itu bisa lebih kuat dan aman. la mengaku melakukan beberapa percobaan sebelum akhirnya menemukan bentuk yang cocok.

Laku 50 unit per bulan

Setelah yakin dengan hasil temuannya, akhirnya Iat mantap memproduksi boncengan anak untuk kendaraan motor. Targetnya adalah orang tua yang biasa mengantar anak ke sekolah atau mereka yang biasa mobile dengan membawa anak. Ia menamai produknya Helmiat Bonceng Bocah (HBB).

Nama Helmiat diambil dari perpaduan nama Helmi, suami Roihatul dan namanya sendiri. Sedangkan Bonceng Bocah berasal dari fungsi produk ini yang berguna untuk membonceng anak di sepeda motor.

Bentuk dari HBB yang sudah dimutakhirkan Roihatul ini cukup simpel. Kerangkanya terbuat dari bahan baja stainless steel. Sandaran punggung dan bantalan tangan dilapisi dengan busa. Sedang bantalan pantat menggunakan langsung jok motor. Dengan alat ini, anak kecil bisa duduk dengan nyaman meski harus menempuh perjalanan jauh.

Untuk menjamin keamanan, Iat juga melengkapi HBB dengan sabuk pengaman yang mudah dipasang dan dilepas. Dengan cara ini, orang tua Tdak perlu khawatir anak kesayangannya jatuh ketika motor sedang meliuk-liuk di jalanan macet.

HBB ini juga mudah dipasang dan dilepas sesuai kebutuhan. Tidak perlu tenaga khusus saat memasang atau melepasnya. Prinsipnya, alat itu cuma dikaitkan dengan besi pegangan jok belakangan.

Iat membanderol HBB Rp 250.000 per unit. Sementara, kalau membeli dengan jumlah banyak, Roihatul berjanji memberikan diskon harga spesial. Meskipun sudah mengantongi hak paten atas produknya dari Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM sejak Mei 2008, sampai sekarang Roihatul belum mampu memproduksi HBB dalam partai besar. Dalam satu bulan, ia hanya mampu membuat 50 unit. Sebab, ia tak mempunyai bengkel sendiri. "Selama ini, saya masih bergantung pada bengkel las langganan," katanya.

Impian Iat yang merijadi salah satu finalis Shell Livewire Business Start-Up Awards 2008 itu memiliki bengkel sendiri. "Saya mau buka bengkel sendiri dengan mesin-mesin yang lebih lengkap. Kalau kerjasama dengan bengkel, pesanannya harus secara borongan. Lagipula jumlah tenaga kerja di bengkel itu cuma tiga orang. Akibatnya, rata-rata produksinya selama ini hanya berdasarkan order, yaitu paling banyak cuma bisa 50 unit," katanya.

Kalau sudah memiliki bengkel sendiri, Roihatul optimistis mampu memproduksi lebih banyak HBB sehingga bisa memenuhi pesanan pelanggan yang tak terlayani. (sumber : kontan)

Laundry Jimbo Bidik Anak Kost Hingga Rumah Tangga

Agar pakaian tetap rapi dan bersih tentunya kita harus rajin mencucinya. Hampir semua orang rutin mencuci baju setiap harinya.

Mencuci sendiri bukan pekerjaan yang mudah, perlu tenaga dan ketelitian mencari noda yang kotor dalam pakaian kita. Terkadang, kita malah terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa kewajiban kita untuk mencuci baju.

Anda tidak perlu khawatir jika terlalu sibuk atau bahkan enggan mencuci baju ketika memiliki waktu luang. Waktu luang anda bisa dihabiskan dengan bersantai dan bawa pakaian anda ke laundry house terdekat.

Salah satu laundry house yang menawarkan jasanya di sekitar Jabodetabek adalah Jimbo Laundry House. Rumah cuci yang sudah diwaralabakan sejak 2007 menawarkan peluang usaha yang cukup menjanjikan.

"Target costumer Jimbo sangat beragam. Mulai dari rumah biasa hingga kost-kostan," kata Marketing Director Jimbo Suryani Agus Prabandari kepada detikFinance, akhir pekan lalu. Dengan banyaknya variasi target konsumen ini membuat Jimbo tidak akan kehabisan pangsa pasar.

Hanya dalam jangka waktu satu tahun saja, Jimbo sudah memiliki 11 cabang di sekitar Jabodetabek. Menurutnya, ada dua buah paket waralaba yang ditawarkan oleh Jimbo, yaitu Paket Mini Jimbo dan Paket Super Jimbo.

Biaya yang diperlukan antara keduanya tentu saja berbeda. Total biaya Paket Mini Jimbo sebanyak Rp 49,9 juta. Dana sebesar itu terbagi untuk biaya kemitraan sebanyak Rp 15 juta, penyediaan mesin cuci Rp 23,5 juta, perlengkapan dan bahan baku awal Rp 3 juta dan software administrasi sebesar Rp 8 juta.

"Estimasi balik modal tidak terlalu lama, sekitar 12 - 15 bulan saja jika omsetnya per bulan setengah dari total kapasitas," imbuhnya.

Syarat lain adalah luas bangunan sebesar 18 meter persegi dengan kapasitas listrik 3300 watt juga fasilitas air dan telepon. Akan lebih baik jika lokasinya berada di sekitar komplek padat penduduk, daerah kampus, perumahan atau di sekitar jalan yang sering dilalui pejalan kaki.

Jika masih belum puas dengan yang Mini, anda bisa memilih Paket Super Jumbo. Untuk yang satu ini anda harus menyiapkan dana sebesar Rp 93,5 juta. "Tapi estimasi balik modalnya lebih cepat, sekitar 8 - 10 bulan, karena mesin dan peralatan yang diberikan lebih banyak dari paket Mini," ujarnya.

Dana yang cukup besar tadi terbagi dalam biaya kemitraan sebanyak Rp 15 juta, penyediaan mesin cuci Rp 64,5 juta, perlengkapan dan bahan baku awal Rp 5 juta dan software administrasi sebesar Rp 8 juta.

Syarat bangunannya pun berbeda, luas bangunan minimal 60 meter persegi dengan kapasitas listrik 5500 watt tentunya ada fasilitas telepon dan air bersih.

Ia mengatakan, kedua paket diatas belum termasuk biaya renovasi ruangan, komputer, survey dan arsitek. Jimbo juga menyediakan fasilitas antar jemput cucian kepada pelanggan guna memberikan pelayanan yang maksimal. (sumber : detik.com)

telpon : 02191270690

Renyahnya Fulus dari Bisnis Camilan

Berani bertaruh, sebagian dari Anda pasti doyan ngemil. Selain memanjakan lidah, memakan camilan juga membantu mengusir rasa bosan. Selain itu, kacang bisa mengusir stres. Apalagi, aktivitas mengudap makanan kecil ini bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Anda bisa melakukannya sambil bekerja di kantor, atau di saat ngobrol dengan teman.

Kebiasaan ngemil ini membuat pasar makanan camilan semakin semarak. Anda bisa menjumpai pelbagai camilan, seperti keripik, kacang, dan kerupuk, dengan mudah di pasar atau supermarket. Meski penjualnya sudah banyak, camilan ini tetap laris manis.

Tak heran, peluang bisnis makanan camilan juga semakin merekah. Tak hanya pemain besar, pemain kecil pun turut menikmati rezeki ini. Salah satunya adalah Budi Utoyo yang menggarap makanan cepat saji dengan bendera usaha Clup-Clup sejak tahun 2004.

Clup-Clup menggunakan konsep cepat saji lantaran proses menggarapnya tinggal mencelupkan makanan ke minyak goreng. Bisa juga tinggal mencelupkannya ke air mendidih alias direbus. Lewat konsep ini, Budi membidik konsumen yang suka ngemil makanan sehat.

Clup-Clup menjajakan makanan berbahan baku seafood, seperti ikan, udang, cumi, dan kepiting. Bentuk penyajiannya cukup unik. Aneka menu ditusukan lidi sehingga mirip sate.

Untuk mengembangkan bisnisnya, sejak tahun 2004, Budi membuat konsep kemitraan. Saat ini, Clup-Clup sudah memiliki 35 gerai yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Makassar, Medan, Bali, Lombok, Palembang, Banjarmasin, dan Lombok.

"Prosedur menjadi mitra cukup mudah dan cepat," ujar Budi. Syaratnya, calon mitra cukup membayar biaya kemitraan sebesar Rp 17,5 juta untuk kerja sama selama lima tahun.

Biaya sebesar ini mencakup pembelian gerobak dan aneka peralatan masak, seperti kompor, tabung gas, dan genset mini. Tak ketinggalan, Clup Clup juga memberi pelatihan bagi karyawan si mitra. Namun, mitra tetap diwajibkan membayar biaya royalti sebesar 5 persen dari total omzet bulanan. "Kalau pendapatan mitra kurang dari Rp 7 juta per bulan, saya membebaskan mereka dari biaya ini," kata Budi.

Modal balik empat bulan

Dalam menjalankan usahanya, mitra perlu merogoh kocek Rp 1 juta-Rp 2 juta lagi untuk membeli bahan baku dari pusat untuk kebutuhan sebulan yang cukup untuk 300-400 porsi.

Meski begitu, jika jarak dan waktu menjadi hambatan, Budi membebaskan mitra membeli bahan baku sendiri. "Misalnya, karena lokasi mitra di Makassar, mereka tidak mungkin beli bahan baku ke kami. Tapi, sebagian besar bahan baku mitra bisa kami pasok," ujarnya.

Dalam hitungan Budi, mitra akan balik modal dalam tempo empat sampai delapan bulan. "Balik modalnya cukup cepat, hanya butuh waktu sekitar enam bulan. Dengan asumsi, mitra mampu menghasilkan omzet minimal Rp 300.000 per hari, mereka bisa balik modal hanya dalam empat bulan," ajar Budi.

Dari usaha ini, marjin keuntungan mitra mencapai 30 persen. Menurut Budi, gerai Clup Clup yang dikelolanya berhasil membukukan omzet minimal Rp 300.000 per hari, atau Rp 9 juta per bulan. "Kala sedang ramai, omzetnya bisa mencapai Rp 500.000 per hari. Itu pun di luar pesanan khusus untuk ulang tahun dan pesta," ujar Budi. (Kontan)

Sepatu Cari Kaki, Raup Omset Milliaran

Sadar atau tidak, ternyata banyak orang yang memiliki masalah pada kakinya. Terlebih perempuan yang senang memakai sepatu bertumit tinggi (high heel). Alasannya, membuat badan terlihat lebih tinggi, kaki lebih jenjang, dan penampilan pun jadi lebih menawan. Namun, memakai high heel berkepanjangan bisa memicu masalah pada kaki seperti varises, cedera otot kaki, nyeri sendi, atau penumpukan darah beku di ujung telapak kaki.

Karena pernah mengalaminya, Elly pun mendirikan usaha pembuatan sepatu rumahan. Uniknya, dia mengambil pasar untuk kaki bermasalah. Dengan modal awal kurang Rp 1 juta, Elly mampu menggaet konsumen dari kelas sosial atas. "Modalnya hanya Rp 950 ribu dengan mesin jahit butut ini," kata Elly saat Kompas.Com bertandang di rumahnya,di Pejaten Barat, Jakarta Selatan.

Lantaran sang suami kala itu sedang sakit dan membutuhkan perhatian lebih, Elly memutuskan untuk meninggalkan kariernya sebagai liaison officer KONI pusat dan mendirikan usaha. Tahun 2000, dia lalu mendirikan usaha pembuatan sepatu PT Ethree Abadi. "Ketika suami saya akhirnya meninggal karena sakit, saya berjuang dengan anak-anak. Itu luar biasa," kata Elly.

Kala itu, Elly menuturkan, Ethree hanya mempunyai 1 pegawai. Untuk tenaga marketing, ketiga anak Elly yang melakukannya. Pemasaran pun berawal dari sekolah ke sekolah. Ujarnya, "Anak saya menawari gurunya, terus lama-lama berkembang."

Elly berfilosofi, kaki itu ibaratnya seperti sidik jari, tidak ada yang identik. Kaki yang terlihat normal pun kadang menyimpan masalah. Sering orang tidak sadar kalau dirinya mempunyai ukuran punuk atau telapak kaki besar sebelah. Karena itu, dalam membuat sepatu, Elly menggunakan ilmu anatomi. "Di telapak kaki ada 61 titik yang harus diperhatikan," tutur lulusan SMA Negeri 8 Jakarta ini.

Untuk membidik pasar, perempuan kelahiran Garut, 27 Agustus 1967 ini menggunakan kalkulasi sederhana. Menurut dia, dari 240 juta penduduk Indonesia, sepertiga di antaranya memakai sepatu. Dari 80 juta penduduk tadi, dia mengestimasikan ada 0,5 persen yang memiliki kaki bermasalah. Entah ukurannya ekstra besar atau sebaliknya, atau telapak beda sebelah. "Ini pasar yang spesifik. Sayang sekali kalau tidak digarap," ujarnya.

Di bengkel kerja Ethree, karyawan akan mengukur kaki klien. Pertama, telapak kaki yang diukur, kemudian punuk, lingkar pergelangan, hingga ukuran ibu jari kaki. "Prinsipnya kami membuat sepatu yang mencari kaki, bukan kaki yang mencari sepatu," tuturnya.

Pengukuran ini dilakukan agar sepatu tidak membuat kaki lecet meskipun masih baru. Selain membuat sepatu untuk kaki bermasalah, Ethree juga mempunyai divisi produk sepatu massal untuk pramugari dan pegawai negeri. Untuk bahan baku, perusahaan mitra binaan Departemen Perindustrian (Deperin) ini mendatangkan kulit dari Garut, Surabaya, dan Cianjur.

Elly menuturkan,"Di dunia, kulit paling bagus itu dari Garut, Indonesia. Hanya proses penyamakannya saja kurang maksimal, jadi kalah dari negara lain," ujarnya.

Pesanan dari Wapres

Meski hanya usaha sepatu rumahan, namun Elly mengatakan sepatu buatannya tidak kalah dengan brand ternama, seperti Bally, Aigner, atau Prada. Bahkan, mayoritas pelanggannya adalah para pejabat beserta istri dan pengusaha papan atas negeri ini. Sebut saja, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta, atau Fahmi Idris. "Pak Wapres pesan sepatu golf tanggal 3 November 2008, kemarin," kata ibu 3 putra ini.

Masalah harga, Elly mematok harga Rp 350.000 hingga Rp 2 juta per pasang sepatu. Tiap tahun, usaha ini berhasil meraup omset Rp 1 miliar, belum termasuk pendapatan dari divisi massalnya. Saat ini, pemenang penghargaan Gugus Kendali Mutu 2007 ini, tengah mengerjakan pesanan 500 pasang sepatu untuk pramugari Mandala Airlines.

Tahun lalu, Elly membuka gerai kedua di Sarinah, setelah sebelumnya ada di Cilandak. Elly berangan-angan ingin menjalin kerjasama dengan Departemen Sosial untuk membuat sepatu khusus anak-anak cacat. "Agar mereka juga bisa tampil gaya. Misalnya di hari besar, tahun baru, Lebaran, atau Natal," paparnya. (sumber : kompas.com)

Kamis, 22 Oktober 2009

Sebuah peluang mempunyai usaha Surabi IceCream





Surabi dikenal sebagai makanan khas Jawa Barat, sudah berpuluh-puluh tahun dapat bertahan walaupun banyak makanan baru datang silih berganti. Kenyataan ini bukan tanpa alasan, sudah jelas bahwa makanan tradisional Indonesia terbukti mampu menciptakan rasa makanan yang sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia salah satunya adalah surabi.

Surabi IceCream Padjadjaran merupakan salah satu tempat makan yang menyediakan aneka menu berbagai macam surabi. Mulai dari surabi tradisional yaitu surabi oncom, maupun surabi kinca sampai dengan surabi dengan toppping paduan antara barat dan timur seperti surabi Ice cream, surabi ayam mayonaise, surabi coklat keju susu dsb. Surabi IceCream Padjadjaran terletak di Bogor, kami sudah berpengalaman dalam mengelola makanan ini. Sudah banyak media baik cetak maupun televisi meliput makanan kami.

Sekarang dibuka peluang bagi anda yang benar-benar menginginkan punya usaha Surabi. Peluang ini hanya khusus bagi anda yang mau berjuang dalam berusaha. Mental usaha sangat diperlukan dalam memulai segala macam usaha termasuk usaha ini. Calon pengusaha surabi nanti tidak hanya sekedar dapat berjualan saja tetapi juga akan diberikan seluruh rahasia resep kami sehingga anda dapat mandiri dalam berjualan surabi. Anda akan dapat merasakan margin yang cukup besar karena anda membeli sendiri bahan-bahan makanannya di pasar dekat tempat usaha anda.

Apabila anda sangat berminat dalam memulai usaha ini anda dapat mengirimkan email ke surabiicecream@gmail.com.

rgds,

surabiicecream@gmail.com

Senin, 19 Oktober 2009

Laba nan besar di kerudung ber magnet

LAIKNYA barang fesyen, perkembangan jilbab pun sangat pesat. Model, corak, warna, dan bahan dasarnya terus berkembang. Pasar yang besar di satu sisi, dan persaingan yang kian ketat di sisi lain, mendorong pembuat jilbab terus menciptakan kerudung kreasi terbaru.

Di antara sekian banyak jajaran jilbab model teranyar, jilbab buatan Herawati menonjol karena menawarkan hal berbeda. Pengusaha di Klaten ini membuat jilbab yang tak hanya berfungsi sebagai penutup aurat muslimah, tetapi sekaligus juga sebagai pakaian yang menyehatkan pemakainya.

Banyak orang menyebut jilbab buatan Herawati sebagai jilbab bermagnet. Namun Herawati sendiri lebih suka menyebutnya Jihat, kependekan dari jilbab sehat.

Jilbab buatan Herawati memang terbuat dari magnet.Tapi, jangan buru-buru membayangkan jilbab tersebut terbuat dari magnet seluruhnya. Herawati hanya menempelkan magnet dalam kain kerudung buatannya. Magnet-magnet itulah yang diyakini bisa berpengaruh positif pada kesehatan tubuh pemakainya.

“Banyak literatur menjelaskan magnet dapat menyeimbangkan ion positif dan negatif dalam tubuh,” kata Herawati. Ia merujuk pada trend gelang dan kalung kesehatan yang kini banyak dipakai orang.

Karena digunakan sebagai penutup kepala, imbuh Herawati, jilbab bermagnet dapat memperlancar aliran darah ke otak. Jilbab tersebut juga mengatasi berbagai keluhan seperti pusing-pusing, badan pegal karena terlalu lama atau karena jilbab dipasang terlalu kencang.

Ia mengaku tak sembarangan menempatkan magnet pada jilbab buatannya. Ada ukuran tertentu untuk magnet yang ia gunakan. “Saya sisipkan delapan magnet. Empat di kanan dan empat lagi di kiri,” paparnya.

Herawati sudah berbisnis perlengkapan muslimah sejak lima tahun lalu. Tapi baru setahun terakhir dia memproduksi jilbab sehat.

Rupanya jilbab buatannya mendapat sambutan hangat dari konsumen. Dalam sebulan, ia bisa menjual 2.000 helai jilbab. Dengan harga Rp 90.000 per helai, ia meraup omzet Rp 180 juta perbulan. “Selama bulan puasa kemarin, penjualan kami naik dua kali lipat,” katanya.

Herawati memasarkan Jihat lewat 10 gerai miliknya yang tersebar di Klaten, Solo, Boyolali, dan Jogja. Dari gerai-gerai itulah, jilbab bermagnet buatannya melanglang buana hingga ke Malaysia, Singapura, Brunei, dan Qatar. “Kebanyakan pembeli kami menjual lagi ke mancanegara,” katanya. sayangnya, dia mengaku tak ingat berapa banyak jilbabnya yang diekspor.

Herawati yakin usaha ini masih bisa berkembang. Sebab permintaan, terutama ekspor, terus meningkat. Ia sendiri mengaku tidak bisa memenuhi semua pesanan. Dengan mempekerjakan 50 penjahit, ia hanya sanggup membuat 2.000 jilbab per bulan. “Kami tidak bisa buat banyak karena menjahitnya memang perlu teknik tersendiri dan tidak bisa cepat,” katanya.(kontan)

Meraup laba dari sandal kartun lucu

ALAS KAKI, entah itu sepatu atau sandal, bukan lagi hanya kebutuhan sandang yang bersifat primer. Kini, alat alas kaki juga sudah menjadi bagian dari fesyen. Makanya, makin banyak kreasi alas kaki unik yang beredar di pasaran.

Adalah Sukirno, salah seorang yang jeli menangkap peluang bisnis alas kaki itu. Agar bisa bersaing, Sukirno sadar dia harus menawarkan sesuatu yang unik dan berbeda. Maka pada 2002 silam, Sukirno mulai memproduksi berbagai macam sandal dengan beragam bentuk unik.
Misalnya, bentuk buah-buahan atau tokoh kartun dengan warna-warni nan cantik.

Bisnis pembuatan sandal unik ini cantik ini sebenarnya bukanlah bisnis pertama Sukirno. Sebelumnya, ia sempat memproduksi gantungan kunci dari bahan karet sebagai barang jualannya. Namun ternyata bisnis gantungan kunci itu seret. Merasa tak bisa mengasapi dapurnya dengan bisnis gantungan kunci itu, Sukirno pun mencari ide produk lain yang belum banyak dikerjakan orang.

Tercetuslah ide membuat sandal berbentuk unik di benaknya. “Idenya muncul tiba-tiba, karena selama ini saya lihat bentuk sandal itu-itu saja,” beber Sukirno. Ia butuh waktu sekitar setahun untuk bereksperimen membuat sandal berkualitas baik, termasuk mencari berbagai macam bentuk dan model sandal.

Setelah semua persiapan beres, dengan modal sekitar Rp 1,5 juta, Sukirno pun mulai menggulirkan roda bisnisnya. Modal sebanyak itu dia gunakan membeli cetakan sandal, bahan pewarna, lem, spon dan kain. Berbagai macam bentuk sandal lucu pun berhasil ia ciptakan. Seperti model pepaya, semangka, dan karakter tokoh kartun Walt Disney seperti Micky Mouse.

Buat menengah ke atas

Awalnya, dia hanya mampu memproduksi sekitar 300 pasang sandal per minggu. Harga jualnya Rp 6.000 sepasang.

Sukirno memasarkan sandal buatannya itu melalui saudaranya yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima di Bandung. Tapi tak lama ia pun berpikir, sandalnya lebih cocok untuk kalangan menengah ke atas. “Sehingga pemasarannya saya alihkan ke Jakarta dan saya bekerjasama dengan beberapa tempat pariwisata di Jakarta,” katanya.

Mendapat respon positif dari pasar, Sukirno pun mengembangkan sandal berbentuk ikon atau maskot tempat wisata, seperti Dunia Fantasi, Taman Safari dan Ragunan.

Selain jualan di area wisata, Sukirno pun menjual sandalnya secara eceran di toko-toko. Harga jualnya pun naik menjadi Rp 25.000 sepasang untuk eceran, dan Rp 15.000 untuk grosiran. “Margin untuk grosir 40%, dan eceran bisa sampai 150%,” katanya.

Kini, produksi Sukirno sudah meningkat. Dibantu 16 karyawannya, kini mampu memproduksi hingga 1.000 pasang sandal dalam sepekan. Setiap bulan, Sukirno harus menyediakan Rp 7 juta untuk belanja bahan baku dan biaya operasional.

Lantas bagaimana proses produksinya? Sukirno mengatakan, beberapa bagian proses memang butuh formula tertentu yang jadi rahasia dapurnya. Tapi secara umum pembuatan sandal ini relatif mudah.

Pertama-tama, cetak bahan baku spon dalam cetakan untuk membentuk alas sandal. Lalu, warnai sandal dengan pewarna menggunakan tangan dan juga mesin. Setelah itu baru dipasang tali dari kain dan dijahit.

Sukirno mengaku dalam sebulan ia bisa menjual 1.000 pasang sandal. Secara kasar, dengan asumsi harga jual rata-rata Rp 20.000 sepasang, omzetnya Rp 20 juta sebulan (kontan)

Rabu, 10 Juni 2009

Sebuah email ttg peluang bisnis cireng

Assalamu'alaikum Wr.Wb,

Mau sharing sedikit mengenai usaha camilan Cireng Bandung Isi -
jajanan khas Bandung.

Sekitar awal Mei, berawal dari obrolan iseng dengan teman pemilik
“Sayid Celluler” (Yono) yang sedang mencari dagangan yang bisa diisi
di pelataran parkir di samping Balai Rakyat Pasar Minggu buat nambah
pemasukan tokonya, kita ketemuan dengan perwakilan Cireng Bandung Isi
Jakarta, Yudi namanya. Ternyata penawaran usahanya lumayan terjangkau
kantong kita, untuk administrasi kemitraan 1 juta dan deposit utk
produknya 500rb.

Setelah sepakat permodalan dan bagi hasil, singkat cerita, 2 minggu
lalu kita mulai jualan Cireng Bandung Isi. Di minggu pertama rata2
penjualan antara 50 – 75 pcs, alhamdulillah akhir minggu ini sudah
tembus angka 100 pcs. Insya Allah di bulan kedua rata2 penjualan bisa
tembus 200 pcs, amien.

Melihat potensi jualan cireng yang masih luas, kita langsung deh
tancap gas utk buka konter kedua di Kalisari – Cijantung (depan Cabang
“Sayid Cellular” juga). Insya Allah, pertengahan Juni konter di
Kalisari sudah buka.

Ternyata, Mas Yudi ini melihat kita antusias jualan cirengnya (katanya
termasuk mitra yang agresif :-)), trus aja saya diajak buat ngembangin
Cireng Bandung Isi ini buat wilayah Jakarta dan sekitarnya. Wah
tantangan yang menarik nih pikir saya. Akhirnya, dengan
Bismillahirrahmanni rrahim, kita sepakat untuk kerjabareng garap cireng
ini dengan modal saat ini sudah terdapat sekitar 25 outlet yang sudah
mampu melahap produk sekitar 2.500 pcs/ hari (angka yang lumayan
sebagai awalan pengembangan) .

Target terdekat adalah menambah mitra sampai sebelum Ramadhan sebanyak
20 mitra agar produksi bisa mencapai 5.000 – 6.000 pcs/ hari. O ya
selama ini cireng langsung, fresh from the oven, dikirim dari Bandung
tiap hari. Nah, kalo sudah tercapai penjualan di atas, rencananya tim
Bandung siap untuk produksi di Jakarta yang otomatis bakal lebih
meningkatkan layanan kepada mitra2 biar bisa jualan mulai dari yang
nyasar anak sekolahan (pagi – pagi), camilan iseng di siang bolong
sampe ke orang kantoran. Info juga dari Bandung, biasanya di bulan
Ramadhan, cireng juga ikutan panen (kaya’ baju muslim aja ya) bahkan
pernah salah satu outletnya bisa tembus 500 – 600 pcs hanya dalam 4
jam buka dari jam 2 siang sampe 6 sore (kebayang gak gorengnya super
sibuk! Hehehe – happy problem kali yak).

Nah, untuk rumah produksi ini, kita sedang mencari di daerah Jakarta
Selatan dengan spesifikasi rumah 2 lantai, dengan luas sekitar 100m2
(bisa dilalui kendaraan), kalau diantara teman2 ada yang berminat bisa
hubungi saya di 0813 189 25421.

Salam Funtastic,
http://www.cirengba ndungisi. blogspot. com
Makanan Khas Sunda Selera Indonesia
Sekali coba, pasti suka....
Kemitraan hanya 1 juta dan deposit produk 500rb

Sabtu, 07 Maret 2009

Mengeja Laba Usaha Kursus Baca Tulis

Orang tua sering khawatir kalau anaknya yang baru masuk sekolah dasar (SD) tak segera menguasai keterampilan membaca dan menulis. Alhasil, sebagian memilih menggenjot kemampuan ini dengan memasukkan ke lembaga kursus.

Yeni adalah salah satu yang melihat peluang bisnis dari kondisi ini. Sejak tahun 2003, Yeni mendirikan kursus Baca Tulis di Yogyakarta. Kursus ini memberikan jasa mengasah kemampuan membaca dan menulis anak dengan memberi stimulus berupa pembacaan dongeng dan berbagai lembar kerja. Target lembaga ini adalah anak-anak kelas 1 SD sampai kelas 2 SD.

Setelah cukup sukses dan melihat peluang lebih besar, sejak tahun 2006, Yeni lantas mengembangkan bisnis pendidikannya dengan konsep kemitraan.

Untuk menjadi mitra kursus Baca Tulis, Anda harus merogoh kocek sebesar Rp 20 juta. Dengan duit sebesar itu, mitra akan mendapatkan paket perdana senilai Rp 10 juta yang meliputi paket alat peraga, rak pajangan, perangkat administrasi, dan modul pembelajaran. Lalu, alat promosi seharga Rp 5 juta, dan biaya lisensi selama lima tahun seharga Rp 5 juta.

Total biaya tersebut juga sudah mencakup pelatihan pekerja maksimal tiga orang. Namun, biaya itu belum termasuk prasarana yang meliputi tempat kursus, meja, kursi, dan sebagainya.

Meski sudah membayar semua biaya tersebut, Anda belum dianggap sebagai mitra sampai lulus masa percobaan selama setahun. Pihak Yeni akan mengevaluasi langsung mitra yang meliputi jumlah murid dan sistem pembelajaran. "Jika tidak sesuai target, mitra dianggap gagal," ajar Yeni. Jika gagal, mitra hanya akan mendapat pengembalian biaya lisensi sebesar Rp 5 juta.

Sistem royalti

Pemasukan mitra dari bisnis ini berasal dari biaya pendaftaran yang berkisar Rp 150.000 sampai Rp 300.000 per siswa dan iuran bulanan yang berkisar Rp 120.000 sampai Rp 300.000 per siswa. "Besar biaya bervariasi, mitra bisa menentukan sendiri besaran biaya berdasarkan lokasi masing-masing," kata Yeni.

Lama proses belajar di lembaga kursus ini dua kali seminggu selama 75 menit setiap pertemuan. Agar pengajaran lebih maksimal, jumlah anak dibatasi hingga delapan orang per kelas.

Jika usaha sudah jalan, mitra wajib menyetor royalti dari sebagian pendapatan kursus tiap bulan. Besarnya bervariasi, tergantung komponen pendapatan. Misal, dari setiap biaya pendaftaran peserta, si mitra harus membayar royalti 50 persen ke pusat. Dari iuran bulanan peserta kursus, mitra harus membayar royalti 35 persen.

Dengan asumsi mitra mampu menggaet minimal enam siswa setiap bulan, Yeni memperkirakan mitra akan balik modal dalam satu tahun. Perhitungannya, dengan 72 peserta setahun dan biaya pendaftaran Rp 150.000, mitra sudah mengantongi Rp 5,4 juta setelah dikurangi royalti. Dari pendapatan bersih iuran bulanan per anak Rp 82.500 per bulan untuk 72 anak, mitra mendapat Rp 46,33 juta per tahun setelah dikurangi royalti. Setelah dikurangi gaji guru sebesar 20 persen dari biaya lainnya, mitra bisa balik modal dalam setahun.

Saat ini, kursus Baca Tulis telah memiliki 36 gerai yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan, dan Lampung. "Ada 23 cabang produktif. Sisanya masih salah kelola," ujar Yeni. Yang masuk kategori produktif adalah cabang yang bisa menggaet minimal 20 siswa per bulan dengan omzet Rp 10 juta-Rp 12 per bulan. (Kontan)

Menyantap Gurih Laba Rawon Nguling

Rawon adalah masakan khas Jawa Timur yang bumbu utamanya adalah kluwek. Dalam bahasa Betawi, kluwek disebut pucung. Rawon disajikan dengan sambal cabe, irisan bawang, serta tauge. Rasanya yang gurih membuat banyak orang ketagihan masakan ini.

Maka, tak heran bisnis makanan dengan menu rawon mendatangkan untung lumayan. Salah satu yang sudah punya nama melegenda adalah Rumah Makan Rawon Nguling di perbatasan Pasuruan dan Probolinggo. Kini, Rawon Nguling juga sudah bisa dinikmati di beberapa kota.

Berawal pada 1940, dari sebuah kedai kecil yang semula hanya melayani para petani setempat, kini gerai Rawon Nguling sudah menyebar di banyak daerah. Sebut saja Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pandaan, dan Jakarta.

Saat ini, Rawon Nguling memiliki delapan gerai yang dikelola langsung generasi penerus Mbah Karyorejo, perintis Rawon Nguling. Pemilik Rawon Guling ingin gerainya kian menyebar ke lebih banyak tempat. Makanya sejak pertengahan 2008, mereka menawarkan lisensi merek.

Sampai saat ini, memang belum ada satupun mitra yang sudah membuka gerai Rawon Nguling, Tapi menurut Suprayitno, generasi kelima pemilik Rawon Nguling, dua bulan lagi ada 8 calon mitra yang bakal akan membuka gerai.

Nama Jadi Jaminan

Rawon Nguling menawarkan tiga jenis paket lisensi. Perbedaan ketiga paket ini adalah luas tempat usaha atau daya tampung usaha. Paket pertama adalah paket rumah makan atau restoran dengan investasi Rp 200 juta. Kedua, paket rumah toko (ruko) atau mini restoran senilai Rp 150 juta. Ketiga, paket food court senilai Rp 100 juta.

Nilai investasi ketiga paket ini belum termasuk biaya sewa tempat, renovasi ruangan, dan peralatan. Bila memasukkan komponen itu, total investasi restoran berkisar Rp 755 juta, paket kedua Rp 607 juta, dan paket ketiga Rp 480 juta. Ikatan kerjasama ketiga paket selama lima tahun.

Investasi lisensi Rawon Nguling ini lumayan mahal. Namun kata Suprayitno, popularitas yang sudah puluhan tahun menjadi nilai jual usaha ini. "Kami juga tetap pertahankan kualitas rasa rawon secara tradisional," ujarnya.

Karena menerapkan sistem lisensi, tak ada royalty fee. Namun, untuk standardisasi rasa, mitra harus membeli bumbu dasar rawon seharga Rp 90.000 per kilogram dan daging empal seharga Rp 7.500 per potong dari pusat. "Rawon kami harus memakai daging empal dari daerah Probolinggo," kata Suprayitno.

Harga jual Rawon Nguling Rp 15.000- Rp 22.000 per porsi. Marjinnya 30 persen-45 persen.

Suprayitno menjanjikan, mitra bisa balik modal antara 22-24 bulan alias dua tahun. Untuk paket rumah makan misalnya, dengan asumsi pendapatan kotor Rp 6 juta - Rp 8 juta per hari, balik modal akan terjadi pada bulan ke-24. Paket ruko, dengan asumsi omzet Rp 4,5 juta - Rp 6 juta per hari, balik modalnya pada bulan ke-22. Sedang untuk paket food court, si mitra akan balik modal di bulan ke-24 bila jika berhasil membukukan omzet minimal Rp 3,5 juta per hari.

Menurut Suprayitno, target balik modal itu tidak sulit dicapai. Contoh, cabang Rawon Nguling yang buka Desember 2008 lalu di kawasan Cikajang, Jakarta Selatan, mampu mencetak penjualan sekitar Rp 4 juta - Rp 6 juta per hari. "Paling sepi, omzetnya Rp 4 juta," kata Suprayitno. Jumlah pengunjungnya 100-200 orang per hari. "Penjualan kami di Probolinggo jauh lebih tinggi lagi. Minimal kami dapat Rp 14 juta per hari," imbuh Suprayitno. (Dessy Rosalina/Kontan

Laba Besar dari Miniatur Kendaraan

Jangan membuang potongan kayu bekas yang berserakan di sekitar Anda. Alih-alih menjadi sampah, potongan kayu tersebut bisa menghasilkan fulus cukup lumayan.

Heru Harmanta, pemilik Agung Handicraft, telah membuktikannya. Bermula dari upaya mengutak-atik potongan kayu yang berserakan di rumahnya, is kini dikenal sebagai pembuat miniatur kendaraan seperti mobil dan motor yang memiliki nilai jual tinggi.

Bermodal awal sekitar Rp 2 juta, kini lelaki berusia 39 tahun ini mampu meraup omzet puluhan juta per bulan dari bisnis ini. Maklum, meski terlihat sepele dan gampang dibuat, ternyata cukup banyak orang menggemari miniatur kendaraan bikinan Heru.

Ketika memulai usahanya, Heru hanya dibantu dua orang karyawan untuk membuat miniatur tersebut. Setiap bulan, ia cuma mampu memproduksi sekitar 100 miniatur.

Lantaran produksinya masih terbatas, Heru hanya menawarkan produknya ke kawasan wisata terdekat, yakni Malioboro dan Candi Prambanan. "Awalnya, banyak orang masih menganggap aneh, tapi akhirnya mereka suka juga," katanya. Dari hasil jualan miniatur ini, Heru meraup omzet sekitar Rp 2 juta. "Saya baru balik modal dalam delapan bulan," ujarnya.

Tapi, itu cerita lalu. Saat ini, bisnis Heru terus merangkak naik. Sekarang, omzetnya sudah mencapai Rp 35 juta sampai Rp 60 juta per bulan. Jumlah karyawannya telah bertambah menjadi 15 orang. Kapasitas produksinya kini telah meningkat menjadi sekitar 1.000 miniatur per bulan, bahkan bisa lebih besar lagi. "Memang, belakangan ada penurunan 20% karena krisis global," kata Heru.

Heru mengaku mengambil marjin yang lumayan besar dari usaha ini. "Harga jual miniatur ini sekitar enam kali lipat dari harga bahan baku. Kalau dihitung, marjinnya bisa sampai 200 persen," beber Heru. Adapun bahan bakunya adalah kayu sono keling, mahoni, dan jati. Lantaran cuma sisa potongan kayu, harganya terbilang murah.

Untuk memasarkan produk ini, Heru sering mengikuti pameran dan bekerjasama dengan dinas pariwisata dan industri setempat untuk mendapatkan pasar potensial. Ia mengaku, sulit mencari pasar jika bergerilya sendiri. "Sebelumnya, saya sempat memasarkan ke toko toko besar. Tapi, hasilnya tak seberapa karena tak ada lonjakan permintaan," ujarnya.

Kreatif bikin model

Agar pasarnya semakin luas, Heru juga berjuaIan lewat internet. Berkat rajin ikut pameran dan berjualan di dunia maya, Heru sudah mengekspor produknya ke Eropa, Australia, Amerika Serikat, Asia, dan Timur Tengah. "Pengunjung di pameran internasional terlihat antusias membeli produk saya," ujarnya sumringah.

Kini, Heru memiliki kurang lebih 115 model miniatur kendaraan aneka ukuran. Harganya mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 300.000 per unit. Sejauh ini, model ,yang paling diminati pembeli adalah motor Harley Davidson.

Jika ingin menggeluti bisnis ini, pria yang sempat mengecap bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini punya saran. "Modal awal menekuni bisnis ini sekitar Rp 2 juta," ujarnya. Menurutnya, uang sebesar itu cukup untuk membuat 200 unit miniatur.

Modal lain yang tak kulah penting adalah kreativitas membuat model, dan jeli mencari celah pasar. Maklum, saat ini pesaing di bisnis ini lumayan banyak. "Ada sekitar 21 pemain. Kebanyakan bekas karyawan saya," imbuhnya. (Kontan)

Sabtu, 14 Februari 2009

Dari Tanpa Modal, Sekarang Punya Ratusan Karyawan

Apakah Anda pernah mencoba kue wafel yang terbuat dari bahan dasar sukun? Atau bahkan mi yang dibuat dari singkong? Rasanya tidak kalah nikmat dibandingkan bila dibuat dari tepung terigu. Bahkan, yang ini lebih banyak mengandung serat ,vitamin, dan gizi karena dibuat dari buah.

Dibalik resep unik ini, penggagasnya adalah Rosita Doddy (55), pemilik katering Pangan Selaras. Bahkan, masakan buatannya ini digandrungi ibu-ibu pejabat. "Biasanya mereka pesan untuk arisan atau acara-acara lainnya," kata Rosita.

Padahal, usaha yang dirintis sejak tahun 1982 ini hanya berawal dari sekedar hobi dan tanpa modal. Semula, Rosita yang hobi masak ini kerap mendapat pesanan dari tetangganya. Biasanya, konsumen Rosita memberi uang terlebih dahulu saat memesan masakan.

Oleh Rosita, uang tersebut digunakan untuk belanja bahan baku, sedangkan keuntungan yang didapat disisihkan untuk membeli peralatan, seperti cetakan kue dan oven. "Lama-lama ngumpul banyak dan bisa mencoba beragam resep. Jadi, lebih banyak kreasi, banyak yang pesan," kata Rosita.

Kala itu, cara pemasarannya juga hanya dari mulut ke mulut. Semakin lama, usaha Rosita kian berkembang. Rosita yang lulusan Teknik Sipil Institute Teknik Sepuluh Nopember, Surabaya, ini, lantas bergabung dengan Asosiasi Perusahaan Jasa Boga (APJI).

Dengan mengikuti organisasi, Rosita mengaku, banyak memperoleh wawasan mengenai cara pemasaran. Konsumennya kian bertambah dan perusahaannya mulai dikenal berbagai pihak, termasuk sejumlah departemen pemerintah.

Rosita juga diserahi tugas untuk program ketahanan pangan. Tugasnya adalah membuat beragam masakan dengan bahan dasar selain tepung terigu. Dia juga dituntut agar penampilan hasil masakannya menarik saat dihidangkan. Alhasil, Rosita kerap melakukan berbagai eksperimen untuk mengetahui karakter tepung.

Bila tepung terigu memiliki glutan yang membuat adonan menjadi berkembang, sejumlah tepung dari bahan dasar buah tidak memilikinya sehingga susah mengembang. "Jadi, harus diakali bagaimana agar tetap mengembang. Sedikit ada campurannya," tutur Rosita.

Selain itu, Pangan Selaras juga menyediakan makanan tradisional, seperti aneka bubur, kue lupis, dan serabi. Rosita juga menjual hasil masakannya di kafe yang dirintisnya, yakni Kafe Indosat, Jalan Medan Merdeka, Jakarta.

Untuk mi bendo misalnya dijual dengan harga sekitar Rp 10.000-Rp 15.000 per porsi, sedangkan untuk wafel dijual dengan harga sekitar Rp 10.000 per bungkus berisi delapan buah. Sayangnya, untuk masalah omzet Rosita enggan mengatakannya secara gamblang. "Yang penting bisa bayar karyawan sekitar 100-200 orang dan bisa bayar pajak," ujar Rosita. (kompas.com)

Laba Maksi dari Rumah Mini

Rumah adalah kebutuhan primer. Karenanya, permintaan rumah seperti tak ada habisnya. Tapi tahukah Anda, yang membludak bukan hanya permintaan rumah betulan. Peminat rumah mini untuk mainan anak-anak juga bejibun. Tak percaya?

Ario Wisnhu adalah salah satu orang yang telah mencecap laba maksi dari bisnis rumah-rumahan mini. Ia bergelut di bisnis rumah-rumahan dengan membidik pasar anak-anak alias children playhouse. Singkat kata, di bawah bendera My House, Ario membuat rumah ukuran mini sebagai sarana bermain anak-anak usia dua hingga 15 tahun.

Ide membuat usaha ini muncul di benak Ario berdasar pengalamannya sewaktu kecil. Sejatinya, anak-anak memang suka bermain rumah rumahan. Suatu saat, ia secara tidak sengaja menemukan ide membikin rumah-rumahan.

Semua berawal pada 2004. Bermodal Rp 50 juta, Ario mencoba peruntungan membuat 20 produk perdana rumah mini. Saat itu, ia memasarkan produknya lewat sebuah pameran di sebuah mal di Jakarta Selatan. Ternyata pasar menyambut antusias.

Pada pekan pertama pameran saja, 20 produk awalnya langsung ludes. Padahal, ia membanderol harganya lumayan mahal: Rp 7,5 juta dan Rp 12 juta per unit. Harga Rp 7,5 juta untuk ukuran 180 centimeter (cm) x 180 cm x 180 cm. Harga Rp 12 juta untuk ukuran 200 cm x 240 cm x 250 cm.

Dari dagangan pertamanya saat itu, Ario mampu mendulang omzet total Rp 200 juta. Ini empat kali lipat dari modal awalnya.

Tak sampai 10 pemain

Ario yakin, bisnis ini sangat prospektif. Apalagi, pemain dalam bisnis ini dapat dihitung jari. "Pemainnya tidak sampai 10 orang. Itu pun kami saling mengenal dan kerjasama, karena produk turunan kita beda spesifikasi," ungkap Ario.

Keunikan rumah mini menjadi kunci sukses bisnis Ario. Rumah mininya tidak seperti rumah-rumahan boneka yang tidak bisa ditempati. Sebaliknya, anak dapat bermain dan tinggal di dalamnya. Keunggulan lain, rumah-rumahan itu bisa dibongkar pasang, sehingga mudah dipindahkan sesuai keinginan pemilik.

Ario menggunakan perpaduan antara kayu, triplek, dan genting sungguhan untuk atap rumah mini itu. Jadi, rumah rumahan bikinan Ario bisa awet sampai 10 tahun. "Peminatnya banyak karena rumahrumahan ini mendidik anak untuk kreatif dan mandiri, yakni dengan mendekorasi isi dalam rumah," beber Ario.

Agar tak kerepotan mengerjakan pesanan rumah mini tersebut, Ario merekrut tiga hingga 10 tenaga lepas. "Tergantung kebutuhan. Bila pesanan banyak, saya pakai banyak pekerja," ajar Ario.

Supaya pasarnya kian luas, Ario mencoba berbagai trik pemasaran. Jika awalnya cuma mengandalkan pameran-pameran, ia lantas mengunakan konsep pemasaran di dunia maya alias melalui internet. Strateginya ini berhasil. Selain pembeli individual; taman kanak-kanak, restoran, mal, apartemen, hotel, dar perumahan juga memesar banyak produk Ario.

Kini, bisnis Ario terbilang sukses. la mendapat banyat pesanan dari pelbagai kota mulai Aceh, Medan, Jambi, Yogyakarta, Bali, hingga Ambon. Bahkan, banyak pembeli dari luar negeri seperti Jerman, Belanda, dan Jepang.

Tiap ada pesanan, Aric mengharuskan konsumer membayar 50 persen uang muka. D luar pesanan khusus, dengar omzet berkisar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta per bulan kini Ario berhasil meraup laba bersih hingga 20 persen dari penjualan sekitar 5 hingga 10 unit per bulan. (Dessy Rosalina/Kontan)

Selasa, 03 Februari 2009

Berbisnis bunga di hari valentine

JAKARTA. Memberikan bunga kepada seseorang yang disayangi pada hari kasih sayang atau hari valentine menjadi tradisi unik turun temurun. Tak heran jika pada tanggal 14 Februari merupakan saat-saat panen bagi para penjual bunga.

Tak hanya toko bunga konvensional yang diserbu pembeli. Toko bunga yang memajang gerainya di internet pun turut kebanjiran order. Misalkan saja pengalaman Agung Budi Priambodo yang menggawangi tokobungaonline.net.

Awalnya, Budi yang diserahi toko Bunga Hati Florist di sentra bunga terbesar se Asia, Rawa Belong, merasa penjualannya tidak terlalu bagus jika hanya mengandalkan penjualan offline. Lantas, pemuda yang pernah mengenyam pendidikan IT tersebut meluncurkan situs tokobungaonline.net sejak empat tahun yang lalu.

Tak disangka, kini 90% penjualan Bunga Hati Florist berasal dari pesanan secara online. Sampai detik ini, tokobungaonline.net sudah punya sekitar 400 pelanggan tetap dari berbagai perusahaan.

Menurut Budi, pesanan bunga terutama mawar membengkak menjelang hari valentine. Uniknya, "Berapa pun harga yang kami pasang, mawar selalu ludes," ujarnya. Tak heran jika menjelang hari valentine, Budi menaikkan banderol harga bunga mawarnya sebanyak dua sampai tiga kali lipat.

Misalnya saja, paket buket 10 tangkai mawar jenis semi Holland dijualnya seharga Rp 300.000 per paket. Padahal pada hari biasa harga paket tersebut hanya Rp 150.000 saja. Dari harga biasa tersebut, margin yang diraup Budi sudah mencapai 30%.

Untuk menarik pelanggan, dengan cerdik Budi membundel paket tersebut dengan bonus menarik seperti cokelat Cadbury, mug, boneka dan kartu ucapan. Selain itu, pelanggan yang memesan di bawah tanggal 10 Februari bakal dapat potongan langsung Rp 50.000 dan gratis biaya antar.

Dengan cara tersebut, tahun lalu Budi sukses menghantarkan 70 paket bunga mawar segar ke alamat pelanggannya tepat pada tanggal 14 Februari. Omset Budi kala itu mencapai Rp 60 juta dalam sehari. Tahun ini, Budi menargetkan paket bunganya laku sampai 150 buket.

Sama ceritanya dengan pemilik istanabunga.com, Susan Ellen. wanita 31 tahun ini sukses menjual bunganya lewat internet sejak tiga tahun yang lalu. Menurutnya, menjelang hari valentine, pihaknya menaikkan harga paket bunga mawarnya sampai tiga kali lipat.

"Itu karena harga jual bunga mawar per ikat juga ikut naik," ujarnya. Biasanya, satu ikat mawar Holland atau semi Holland yang belum dirangkai, isi 20 batang dijual pemasok dengan harga Rp 30.000. Akan tetapi menjelang valentine, harga satu ikat mawar bisa Rp 90.000.

Walaupun begitu, Ellen tetap menangguk keuntungan lumayan besar. Tahun 2007 lalu, Ellen mendapat omset sampai Rp 50 juta. Padahal pada hari biasa, omset Ellen turun sepertiganya. "Tahun lalu, gerai saya kebanjiran ratusan buket dari segmen perusahaan," ujarnya senang.

Tahun ini, Ellen bakal menjual aneka mawar mulai dari satu tangkai sampai 10 tangkai. Ellen menjualnya mulai dari mawar kuncup sampai mawar yang sudah mekar. "Itu saya lakukan agar segmen anak remaja juga bisa membeli hadiah kasih sayang dengan harga terjangkau," pungkasnya. (kontan)

Sabtu, 31 Januari 2009

Mencicipi Nikmatnya Bisnis Pempek

Bisnis makanan memang tidak ada matinya. Peluang berbagai jenis makanan pun makin menjanjikan, termasuk makanan khas daerah Palembang, yaitu pempek.

Salah satu peluang bisnis yang bisa digarap adalah pempek Patrol. Namun berbisnis pempek Patrol ini bisa dilakukan tidak hanya dengan penjualan langsung ke konsumen, tapi juga bisa dengan penjualan pempek ke counter, restoran, kafe, pesanan acara, dan lain-lain.

Untuk memulai berbisnis pempek Patrol, modal yang disiapkan sekitar Rp 15 juta. Dengan investasi sebanyak ini Anda akan mendapatkan paket gerobak fancy lengkap dengan peralatan, perlengkapan, dan pelatihan. Saat ini pempek Patrol sudah memiliki setidaknya 20 unit bisnis gerobak fancy.

* Untuk memulainya, calon mitra diminta mengajukan persetujuan tertulis untuk membeli paket peluang bisnis pempek Patrol sekaligus permohonan survei lokasi usaha.
* Bersamaan dengan itu, calon mitra membayar tanda jadi Rp 500.000 ke pempek Patrol sebelum survei dilakukan.
* Tanda jadi Rp 500.000 itu akan dikembalikan saat calon mitra jadi membeli paket peluang bisnis pempek Patrol sekaligus membayar Rp 15 juta.
* Sebaliknya, tanda jadi tidak dapat dikembalikan jika survei sudah dilakukan tetapi calon mitra tidak jadi beli peluang bisnis tersebut.
* Biaya akomodasi dan transpotasi survei yang dilakukan di luar Jakarta menjadi tanggungan calon mitra.
* Setelah sepakat atas pembelian, calon mitra mentransfer investasi Rp 15 juta ke rekening yang akan diberitahu.
* Paket gerobak fancy akan dikirimkan dalam jangka waktu 1-2 minggu sejak tanda bukti resmi transfer bank diterima.
* Serah terima perangkat dan produk dilakukan di lokasi pihak mitra di tempat yang sudah disetujui bersama.
* Beban ongkos kirim paket gerobak fancy tidak dibebankan pada pihak mitra jika lokasi berada adlam radius 30 km di daerah DKI Jakarta, Depok, atau Bekasi. Sementara untuk daerah lain, ongkos kirim akan menjadi tanggungan pihak mitra.


Keuntungan bersih setiap bulan yang bisa didapatkan dari bisnis pempek Patrol ini sekitar Rp 3 juta. Dengan begitu, bisnis ini bisa mencapai balik modal kurang lebih dalam 4 bulan.(sumber: detik.com)

Telepon (021) 92684359

Selasa, 20 Januari 2009

Menggigit Laba dari Tahu Brintik

Tahu merupakan salah satu camilan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Banyak ragam rupa tahu, mulai tahu goreng, tahu isi, opor tahu, hingga semur tahu. Tapi, jika Anda mulai bosan dengan tampilan ala tradisional itu, kini sudah banyak tahu olahan dengan bentuk crispy.

Salah satunya adalah Tahu Brintiiik Crispy. Tiga huruf "i" di dalam kata "Brintiiik" menegaskan rasa sang tahu. Sekali menggigitnya, Anda tidak akan menyangka jika kudapan lezat ini berasal dari tahu.(baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Tampilan Tahu Brintiiik Crispy memang beda dengan olahan tahu pada umumnya. Bahan dasarnya berasal dari tahu putih yang lembut teksturnya. Penyajiannya pun dengan dua cara, yaitu menjadi stik tahu atau tahu kotak biasa. Dengan taburan mayones dan aneka bumbu yang bisa dipilih: bumbu barbecue, keju, atau balado.(baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Gratis perpanjang

Tahu ini disajikan melalui dua tahap penggorengan. Setelah digoreng untuk pertama kalinya sampai matang, lantas dicelupkan ke air bumbu khusus. Lalu, digulingkan ke tepung bumbu khusus lainnya. Lantas digoreng lagi sampai renyah alias crispy. (baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Uniknya, hasil gorengan tahu dan tepung tersebut menghasilkan pola keriting-keriting kecil pada permukaan tahu. "Itulah yang disebut "brintik"-nya," ujar Alex Satriyo, Master Franchise Tahu Brintiiik Crispy.

Menurut agen mesin tekstil Eropa berusia 46 tahun ini, peluang Tahu Brintiiik Crispy masih besar lantaran di Jakarta saja belum banyak yang menjual. "Di Jakarta baru 15 outlet saja," ujarnya. Rata-rata, satu mitra tahu temuan Alex ini punya beberapa outlet Tahu Brintiiik Crispy. "Itu artinya mereka puas dengan laba usaha ini," ujar Alex.

Usut punya usut, tawaran kerja sama kemitraan tahu yang satu ini terbilang murah, cepat balik modal, serta mudah pengoperasiannya. Sistemnya pun bukan sistem waralaba penuh, tapi sistem semi waralaba.(baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Untuk membeli merek dagang Tahu Brintiiik Crispy, calon mitra cukup merogoh kocek Rp 9 juta saja. Maka mitra terwaralaba bakal mendapat satu gerobak dagang lengkap dengan keperluan memasaknya, seperti tabung gas 12 kilogram, kompor gas, dan sebagainya. Selain itu, calon mitra bakalan mendapat pelatihan cara mengolah tahu selama satu hari.

Dalam kontrak kerja sama, mitra bakalan mendapatkan kontrak kemitraan selama lima tahun. Sementara setiap bulannya Alex tidak menarik royalty fee layaknya waralaba. "Perjanjiannya, mereka harus ambil tahu di supplier yang sudah saya tunjuk, serta ambil mayones dan topping bumbu ke saya," lanjut Alex.(baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Setelah lima tahun, mitra bisa kembali memperpanjang kontrak kerja sama tanpa biaya apa pun alias gratis. Syaratnya, mitra harus beli bumbu dan bahan-bahan ke Alex. "Kita hanya tinggal mengawasi saja," katanya.(baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Alex bilang, ia sengaja mendesain sistem kemitraan ini agar mitra bisa balik modal kurang dari satu tahun. Perhitungannya, satu porsi tahu yang dijual Rp 7.000 per kotak minimal laku 30 porsi sehari. Dari penghasilan itu, pemilik outlet bakal mendapat margin bersih minimal 25 persen atau sekitar Rp 55.000 sehari, atau Rp 1,6 juta sebulan. "Paling pahit, dalam waktu enam bulan sudah balik modal," kata Alex. (baca : Jualan siomay pakai bumbu siap saji )

Agar balik modal lebih cepat, Alex menyarankan mitra membuka outlet dekat kampus-kampus atau wilayah pusat perdagangan. Hasil bisa bertambah besar jika mitra juga berjualan minuman. (Kontan)

Minggu, 11 Januari 2009

Memulai usaha dengan 100 ribu

Ingin punya usaha sendiri, tapi tidak punya modal besar? Tak usah bingung. Kini Anda bisa punya usaha sendiri hanya dengan bermodal Rp 100.000. Mau tahu caranya?

Adalah Multi Chip yang menawarkan usaha agen isi ulang pulsa elektronik. Dengan bermodal hanya Rp 100.000, Anda bisa mendaftar sebagai agen pulsa elektronik untuk semua operator seluler.

Dalam paparan Multi Chip, keunggulan bisnis isi ulang pulsa elektronik antara lain berisiko kecil karena tidak ada batas kadaluarsa dan tidak perlu biaya tranportasi karena bisa dikirim secara elektrik. Selain itu bisnis ini juga tidak memerlukan tempat usaha khusus, dan bisa dimulai dengan modal ringan.

"Balik modal pun cepat karena perputaran uang sangat cepat dengan keuntungan 2,63% per hari dari modal pulsa yang di putar," demikian paparan Multi Chip.

Nah, jika Anda berminat, bisa dimulai dengan mengirimkan data seperti nama, alamat dan nomor HP yang akan digunakan untuk transaksi melalui fax ke (021) 5704457. Setelah itu, Anda bisa mentransfer deposit minimal Rp 100.000 (tanpa batas maksimum).

Setelah mentransfer deposit, maka Anda akan mendapat nomor registrasi sekaligus deposit sebesar nominal yang Anda transfer. Selanjutnya, Anda pun bisa langsung bertransaksi isi ulang pulsa elektronik ke semua operator.

Setiap kali Anda melakukan transaksi, maka deposit Anda akan terpotong sebesar harga pulsa yang dipatok Multi Chip. Harga pulsa Multi Chip ini bervariasi tergantung jenis operatornya. Ada yang dibandrol Multi Chip lebih murah dari nominal pulsa, namun ada juga yang di atas nominal pulsa.

Dengan begitu, maka seberapa banyak keuntungan yang Anda ingin raup, tergantung dari berapa harga yang Anda berikan pada konsumen Anda. Tak perlu khawatir deposit atau uang Anda mati jika tidak digunakan, karena MultiChip tidak menerapkan batas waktu. Sehingga deposit atau uang Anda tetap bisa diambil kapan saja.

Kalau sudah begini, tak perlu pusing lagi mencari usaha yang bermodal ringan, kan. Jika tertarik, Anda bisa menghubungi Multi Chip di :

Help Desk/Call Center (021) 70888818 / (021) 93820008

Minggu, 04 Januari 2009

Usaha sepatu menyesuaikan kaki

Sadar atau tidak, ternyata banyak orang yang memiliki masalah pada kakinya. Terlebih perempuan yang senang memakai sepatu bertumit tinggi (high heel). Alasannya, membuat badan terlihat lebih tinggi, kaki lebih jenjang, dan penampilan pun jadi lebih menawan. Namun, memakai high heel berkepanjangan bisa memicu masalah pada kaki seperti varises, cedera otot kaki, nyeri sendi, atau penumpukan darah beku di ujung telapak kaki.

Karena pernah mengalaminya, Elly pun mendirikan usaha pembuatan sepatu rumahan. Uniknya, dia mengambil pasar untuk kaki bermasalah. Dengan modal awal kurang Rp 1 juta, Elly mampu menggaet konsumen dari kelas sosial atas. "Modalnya hanya Rp 950 ribu dengan mesin jahit butut ini," kata Elly saat Kompas.Com bertandang di rumahnya,di Pejaten Barat, Jakarta Selatan.

Lantaran sang suami kala itu sedang sakit dan membutuhkan perhatian lebih, Elly memutuskan untuk meninggalkan kariernya sebagai liaison officer KONI pusat dan mendirikan usaha. Tahun 2000, dia lalu mendirikan usaha pembuatan sepatu PT Ethree Abadi. "Ketika suami saya akhirnya meninggal karena sakit, saya berjuang dengan anak-anak. Itu luar biasa," kata Elly.

Kala itu, Elly menuturkan, Ethree hanya mempunyai 1 pegawai. Untuk tenaga marketing, ketiga anak Elly yang melakukannya. Pemasaran pun berawal dari sekolah ke sekolah. Ujarnya, "Anak saya menawari gurunya, terus lama-lama berkembang."

Elly berfilosofi, kaki itu ibaratnya seperti sidik jari, tidak ada yang identik. Kaki yang terlihat normal pun kadang menyimpan masalah. Sering orang tidak sadar kalau dirinya mempunyai ukuran punuk atau telapak kaki besar sebelah. Karena itu, dalam membuat sepatu, Elly menggunakan ilmu anatomi. "Di telapak kaki ada 61 titik yang harus diperhatikan," tutur lulusan SMA Negeri 8 Jakarta ini.

Untuk membidik pasar, perempuan kelahiran Garut, 27 Agustus 1967 ini menggunakan kalkulasi sederhana. Menurut dia, dari 240 juta penduduk Indonesia, sepertiga di antaranya memakai sepatu. Dari 80 juta penduduk tadi, dia mengestimasikan ada 0,5 persen yang memiliki kaki bermasalah. Entah ukurannya ekstra besar atau sebaliknya, atau telapak beda sebelah. "Ini pasar yang spesifik. Sayang sekali kalau tidak digarap," ujarnya.

Di bengkel kerja Ethree, karyawan akan mengukur kaki klien. Pertama, telapak kaki yang diukur, kemudian punuk, lingkar pergelangan, hingga ukuran ibu jari kaki. "Prinsipnya kami membuat sepatu yang mencari kaki, bukan kaki yang mencari sepatu," tuturnya.

Pengukuran ini dilakukan agar sepatu tidak membuat kaki lecet meskipun masih baru. Selain membuat sepatu untuk kaki bermasalah, Ethree juga mempunyai divisi produk sepatu massal untuk pramugari dan pegawai negeri. Untuk bahan baku, perusahaan mitra binaan Departemen Perindustrian (Deperin) ini mendatangkan kulit dari Garut, Surabaya, dan Cianjur.

Elly menuturkan,"Di dunia, kulit paling bagus itu dari Garut, Indonesia. Hanya proses penyamakannya saja kurang maksimal, jadi kalah dari negara lain," ujarnya.

Pesanan dari Wapres

Meski hanya usaha sepatu rumahan, namun Elly mengatakan sepatu buatannya tidak kalah dengan brand ternama, seperti Bally, Aigner, atau Prada. Bahkan, mayoritas pelanggannya adalah para pejabat beserta istri dan pengusaha papan atas negeri ini. Sebut saja, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta, atau Fahmi Idris. "Pak Wapres pesan sepatu golf tanggal 3 November 2008, kemarin," kata ibu 3 putra ini.

Masalah harga, Elly mematok harga Rp 350.000 hingga Rp 2 juta per pasang sepatu. Tiap tahun, usaha ini berhasil meraup omset Rp 1 miliar, belum termasuk pendapatan dari divisi massalnya. Saat ini, pemenang penghargaan Gugus Kendali Mutu 2007 ini, tengah mengerjakan pesanan 500 pasang sepatu untuk pramugari Mandala Airlines.

Tahun lalu, Elly membuka gerai kedua di Sarinah, setelah sebelumnya ada di Cilandak. Elly berangan-angan ingin menjalin kerjasama dengan Departemen Sosial untuk membuat sepatu khusus anak-anak cacat. "Agar mereka juga bisa tampil gaya. Misalnya di hari besar, tahun baru, Lebaran, atau Natal," paparnya. (sumber : kompas.com)