Laman

Minggu, 28 Desember 2008

Mencicipi Nikmatnya Bisnis Pempek

Bisnis makanan memang tidak ada matinya. Peluang berbagai jenis makanan pun makin menjanjikan, termasuk makanan khas daerah Palembang, yaitu pempek.

Salah satu peluang bisnis yang bisa digarap adalah pempek Patrol. Namun berbisnis pempek Patrol ini bisa dilakukan tidak hanya dengan penjualan langsung ke konsumen, tapi juga bisa dengan penjualan pempek ke counter, restoran, kafe, pesanan acara, dan lain-lain.

Untuk memulai berbisnis pempek Patrol, modal yang disiapkan sekitar Rp 15 juta. Dengan investasi sebanyak ini Anda akan mendapatkan paket gerobak fancy lengkap dengan peralatan, perlengkapan, dan pelatihan. Saat ini pempek Patrol sudah memiliki setidaknya 20 unit bisnis gerobak fancy.

* Untuk memulainya, calon mitra diminta mengajukan persetujuan tertulis untuk membeli paket peluang bisnis pempek Patrol sekaligus permohonan survei lokasi usaha.
* Bersamaan dengan itu, calon mitra membayar tanda jadi Rp 500.000 ke pempek Patrol sebelum survei dilakukan.
* Tanda jadi Rp 500.000 itu akan dikembalikan saat calon mitra jadi membeli paket peluang bisnis pempek Patrol sekaligus membayar Rp 15 juta.
* Sebaliknya, tanda jadi tidak dapat dikembalikan jika survei sudah dilakukan tetapi calon mitra tidak jadi beli peluang bisnis tersebut.
* Biaya akomodasi dan transpotasi survei yang dilakukan di luar Jakarta menjadi tanggungan calon mitra.
* Setelah sepakat atas pembelian, calon mitra mentransfer investasi Rp 15 juta ke rekening yang akan diberitahu.
* Paket gerobak fancy akan dikirimkan dalam jangka waktu 1-2 minggu sejak tanda bukti resmi transfer bank diterima.
* Serah terima perangkat dan produk dilakukan di lokasi pihak mitra di tempat yang sudah disetujui bersama.
* Beban ongkos kirim paket gerobak fancy tidak dibebankan pada pihak mitra jika lokasi berada adlam radius 30 km di daerah DKI Jakarta, Depok, atau Bekasi. Sementara untuk daerah lain, ongkos kirim akan menjadi tanggungan pihak mitra.


Keuntungan bersih setiap bulan yang bisa didapatkan dari bisnis pempek Patrol ini sekitar Rp 3 juta. Dengan begitu, bisnis ini bisa mencapai balik modal kurang lebih dalam 4 bulan.(sumber: detik.com)

Telepon (021) 92684359

Menggeliat di Tengah CD Bajakan

Peredaran film dalam bentuk kepingan cakram padat bajakan telah menguasai pasar secara nasional. Bahkan, dari 9 juta film yang beredar sepanjang 2005, sekitar 92 persennya bajakan dan bertambah setiap tahunnya. Maraknya produk bajakan dengan harga lebih murah ketimbang yang asli ini, memicu jumlah peminat yang makin banyak.

Di tengah gempuran cd-cd bajakan, Wirawan Hartawan justru membuka Odiva, usaha penyewaan film dalam bentuk kepingan cakram padat original. Odiva pertama kali dirintis pada tahun 1997. Wirawan mengakui, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah cd bajakan.

Namun, kala itu Wirawan tetap optimis usahanya akan mulus. "Toh, tidak sedikit juga yang memilih cd original. Cuma bayar Rp 4.000 bisa nonton dengan kualitas yang bagus," kata Wirawan kepada Kompas.Com.

Wirawan yang juga pemilik Disc Tarra ini memilih jalur franchise untuk mengembangkan usahanya. Menurutnya, franchise lebih menguntungkan dibanding membuka cabang. "Kalau membuka cabang kan belum tentu dia bisa sebagus pusatnya. Tapi kalau franchise, dia kenceng sendiri," ujarnya.

Saat ini, jumlah pembeli hak waralaba (franchisee) Odiva sudah mencapai 120, dan tersebar seluruh Indonesia, termasuk Makassar, Jayapura, Pare-Pare, Bontang, Kalimantan, dan sebagainya.

Wirawan mengatakan membangun bisnis Odiva lewat franchise terbilang cukup sulit. Sebagian orang menganggapnya bisnis pinggiran yang hanya menyewakan CD dengan harga Rp 4.000-an. Sehingga ketika difranchisekan, banyak orang ragu untuk membeli hak waralaba. "Siapa yang tahu Odiva. Orang melihatnya cuma bisnis sewa CD Rp 4.000 perak," kata Wirawan.

Belum lagi harus menghadapi beberapa franchisee yang nakal dan tidak mau mengikuti peraturan dari franchisor. "Kalau boleh jujur, menghadapi franchisee yang nakal cukup makan hati," tuturnya.

Menurut Wirawan, franchisee tersebut tidak mau mengikuti aturan yang ditetapkan, tetapi justru rewel dan banyak mengeluh. Karena itu, sekarang Wirawan hanya mau concern terhadap calon franchisee yang benar-benar mau serius dan fokus terhadap bisnis. Wirawan juga membangun relationship antara franchisee dan franchisor Odiva seperti sebuah keluarga besar. "Kami bisa elu-gue, bahkan seperti saudara," ujarnya.

Dia juga selalu menyempatkan tiga hari dalam seminggu untuk berkumpul, berdialog dan makan bersama dengan para franchiseenya. Dengan begitu, komunikasi terus berjalan antara kedua belah pihak dan menjaga faktor kepercayaan.Hasilnya, semakin banyak pembeli hak sewa Odiva.

Selain Disc Tarra dan Odiva, Wirawan juga mempunyai usaha rumah makan Jepang, Goiza. Wirawan berangan-angan juga akan mengembangkan Goiza dengan jalur franchise. "Tahun depan saya juga akan franchise-kan Goiza," kata Wirawan. Saat ini, Goiza memiliki 8 cabang yang tersebar di mall Jakarta.(sumber : kompas)

Mencicipi Sedapnya Laba Usaha Bumbu Curah

Belakangan ini banyak orang lebih memilih cara yang lebih praktis, termasuk dalam hal bumbu masakan. Acapkali, orang malas bila harus membuat bumbu masak sendiri. Selain rumit, tangan juga bakal belepotan dengan rempah-rempah bumbu. Karenanya, banyak membeli bumbu jadi di pasar. Neken Jamin Sembiring menangkap petuang ini.

Di kota besar, orang maunya serba praktis. Begitu pula dengan urusan dapur. Soal bumbu masakan, misalnya, orang tak mau repot-repot mengolah, entah itu memblender, memarut, mengulek, dan seterusnya. Kalau ada yang siap saji, entah itu dalam kemasan instan maupun gilingan pasar, tentu orang lebih condong ke pilihan ini.

Tentu saja, kebutuhan ini memunculkan peluang bisnis menguntungkan, yakni membuat bumbu giling siap pakai. Salah satu pemain besar di Jakarta adalah Neken Jamin Sembiring. Ia merintis usaha bumbu giling di pasar sejak tahun 1977. Belakangan, ia memberi kemasan dan merek bumbunya Gerak Tani. "Bumbu sudah menjadi kebutuhan pokok," ujarnya.

Dengan dibantu sang istri, Sembiring rutin menebar bumbu di sejumlah pasar tradisional di Jakarta. Sebut saja Pasar Kramat Jati dan PasarJatinegara. Selain pasar tradisional, orang juga bisa menemukan bumbu Gerak Tani di sejumlah pasar swalayan.
Maklum, bumbu hasil racikan Sembiring sangat beragam, mulai bumbu soto, gulai, rendang, rawon, opor, sampai bumbu masakan asing.

Selama ini, langganan Sembiring bukan saja dari kalangan ibu rumah tangga, tapi juga usaha katering. Secara rutin, ia juga memasok 50 jenis bumbu ke perusahaan katering yang biasa melayani maskapai penerbangan. "Saya menjual bumbu mentah di pasar. Kalau buat katering, biasanya bumbu sudah matang," jelas bapak dua anak ini.

Dalam sehari, Sembiring mampu menjual setengah ton bumbu. Omzetnya bisa mencapai Rp 6 juta per hari. la mengaku mengambil laba bersih minimal 10 persen dari nilai omzet.

Sembiring serius menekuni usahanya ini. Buktinya, ia sangat selektif memilih rempah-rempah sebagai bahan dasar pembuatan bumbu. "Saya sangat memperhatikan kualitas," ucapnya. Ia mendatangkan aneka cabai segar dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sembiring juga sengaja berbelanja asam gelugur, kelapa gongseng, dan daun kunyit langsung dari Medan Sumatra Utara. Dengan bahan baku yang cukup berkualitas itu, Sembiring menjamin bumbu buatannya berkualitas. "Kami menyajikan puluhan varian bumbu. Bukan saja untuk menu masakan Indonesia tapi juga untuk masakan luar," jelasnya lagi.

Selama ini, Sembiring mengolah bumbu-bumbu itu di Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi ini. la mengklaim, bumbu olahannya bisa tahan antara 6 bulan sampai -1 tahun, asal masih dalam kemasan. "Kami tidak menggunakan bahan pengawet," katanya. la mengaku bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional menyinari bumbu dengan sinar gama sehingga bisa tahan lama. (Kontan)

Selasa, 23 Desember 2008

Meracik Laba dari Makanan Sehat

Mengkonsumsi makanan sehat harus menjadi kebiasaaan agar kesehatan badan terjaga. Caranya, tentu saja dengan memilih makanan alami dan dalam kondisi segar, tanpa bahan pengawet. Salah satu makanan sehat yang aman dikonsumsi adalah salad, entah salad sayuran atau buah-buahan.

Salah satu pengusaha yang melihat potensi usaha salad sehat ini adalah Doddy Hakim. Sejak 2003 silam, ia menekuni bisnis salad buah. Ia punya keinginan salad tidak hanya tersedia di restoran mahal.”Saya ingin memasyarakatkan salad. Soalnya, ini salah satu makanan sehatt” ujarnya.

Awalnya, Doddy lebih banyak memperkenalkan produknya lewat pameran dan bazaar. Ia mengaku memilih membuat salad buah lantaran lebih tahan lama daripada sayuran. Selain itu, masyarakat cenderung lebih banyak menyukai buah ketimbang sayuran.
Doddy menjual saladnya dalam tiga kemasan, yaitu gelas ukuran 85 gr seharga Rp 10.000, kotak besar seberat 500 gr dengan harga 2007, Doddy mencoba menawarkan jalinan kemitraan kepada khayalak umum. Ia menamai usahanya Dinda Salad.

Dengan bermodal sekitar Rp 10 juta, Doddy membuat kemasan, etalase, brosur buat promosi, dan bahan baku buah-buahan. Ia menggunakan tujuh jenis buah, diantaranya anggur, pir, leci, dan nanas.”Penyediaan bahan baku tersebut bisa menghabiskan sampai 40% dari seluruh modal. Sebab, harga bahan bakunya memang relatif mahal,” ujar Doddy.

Doddy menawarkan tiga paket Rp 7 juta, paket 10 juta, dan paket Rp 15 juta. Tiga paket itu memiliki etalase sama. Bedanya, jika memilih paket pertama , mitra hanya akan mendapatkan fasilitas dasar seperti replica produk buat pajangan dan produk salad kemasan senilai Rp 1juta.

Balik modal setahun

Pada paket kedua, mitra akan mendapatkan tambahan brosur, kartu nama, spanduk, kemasan, dan salad jadi dalam kemasan senilai Rp 1,5 juta. Paket ketiga mendapatkan semua fasilitas dengan tambahan kotak pendingin dna produk kemasan jadi seharga Rp 2,2 juta.

Diluar biaya itu, Doddy tidak mengenakan royalty fee. Cuma ia mewajibkan mitra membeli bahan baku dan bumbu darinya. Ia sengaja memasok produk dalam bentuk bahan baku olahan lantaran ingin menjaga kerahasiaan resep dan juga kualitas rasa yang seragam.

Saat ini, Doddy sudah memiliki tiga mitra diluar kota seperti Palembang, Samarinda, dan Balikpapan.”Biasanya, mitra memesan produk sampai 4 kali sebulan. Satu kali pemesanan bisa sebesar Rp 4 juta,” ujarnya.

Karena pasarnya kalangan menengah atas, Doddy menyarankan lokasi penjualan saladnya didaerah perkantoran besar atau kompleks perumahan, minimal, butuh lokasi sekitar 1 x 2 meter. Ia menyarankan mitra mencaripesanan khusus seperti dari pernikahan untuk mendongkrak pendapatan.

Doddy menghitung omzet usaha ini per bulan bisa mencapai Rp 7,5 juta.”Dengan asumsi penjualan per minggu sebanyak 100 salad ukuran kecil dan 50 salad ukuran besar,” katanya. Ia memperkirakan, balik modal bisa dalam setahun. (sumber : kontan daily)
Telpon :(021) 68782560

Minggu, 30 November 2008

Peluang kedai kopi Gloria Jeans Coffees

Gloria Jeans Coffees, kedai kopi asal Amerika, menawarkan peluang waralaba. Dengan modal tak sampai satu miliar rupiah, investor dijanjikan bisa balik modal sekitar tiga tahun. Tapi, hati-hati, persaingan bisnis ini sudah sangat ketat.

Anda yang suka kongko-kongko sambil mengopi pasti mengenal Gloria Jeans Coffees. Pasalnya, mirip dengan Starbuck, Gloria Jeans memiliki jaringan yang cukup banyak di Indonesia. Di dalam kota Jakarta saja ada lima gerai: di Mal Taman Anggrek, Plaza Semanggi, EX Center Plaza Indonesia, Cilandak Town Square, dan kawasan Kemang. Selain itu, Gloria Jeans juga bercokol di Bandung dan Bali.

Jika kita mau menghitung jaringannya yang ada di luar negeri, jumlahnya akan lebih banyak lagi. Menurut M. Taslim, Direktur Utama PT Penta Fili Investama, master franchise Gloria Jeans di Indonesia, jumlah kedai Gloria Jeans Australia mencapai 320 buah, sedangkan penduduk Australia hanya sekitar 20 juta jiwa. "Gloria Jeans di sana ibarat rumah makan padang di Indonesia," ujar Taslim.

Di Amerika Serikat (AS), jumlah gerai Gloria Jeans juga tak kalah banyaknya. Maklum, kedai itu aslinya berasal dari Amerika; bukan Australia. Tiga dasawarsa silam, adalah Ed dan Gloria Jean Kvetko yang pertama kali menemukan racikan kopi yang disajikan di Gloria Jeans. Setelah ngetop di AS, baru kemudian gerai Gloria Jeans menyebar ke Australia dan juga Indonesia.

Nah, Anda pun kini punya kesempatan untuk menjadi terwaralaba (franchisee) Gloria Jeans Coffees. Taslim sendiri mengaku pengin membuka sekitar lima gerai Gloria Jeans lagi hingga akhir tahun. "Target kami adalah kota-kota besar," ucapnya.

Sebelum membuka gerai Gloria Jeans, pertama-tama, tentu saja Anda harus menyiapkan sebuah tempat yang letaknya strategis. "Pilihannya adalah mal," ungkap Taslim.

Cuma, malnya harus kelas menengah dan atas; bukan mal ecek-ecek. Maklum, harga satu cangkir kopi Gloria Jeans berkisar Rp 20.000-Rp 30.000.

Lantaran tempatnya di mal, harga sewa tempat menjadi mahal. "Harga sewa di mal bisa mencapai Rp 300.000-Rp 500.000 per meter persegi," kata Taslim. Karena itu, gerainya tak perlu terlalu luas. Cukup sekitar 80 meter persegi saja.

Bisa menjajal lokasi non-konvensional

Asalkan Anda cermat, di kota besar macam Jakarta ini masih cukup banyak mal kelas menengah atas yang layak menjadi lokasi Gloria Jeans. Lazimnya, tempat yang paling strategis di mal adalah di lantai dasar. Tapi, selalu ada pengecualian, lo. Di Plaza Semanggi, misalnya, menurut Taslim tempat yang paling ramai justru lantai dua. Agar tak salah, "Pilihlah tempat yang paling ramai lalu-lintas pengunjungnya," saran Taslim.

Sebenarnya aturan soal tempat itu tak terlalu kaku. Franchisee bisa saja membuka gerai di luar mal, asalkan tempat itu memang layak. Misalnya, ada satu terwaralaba Gloria Jeans yang membuka gerai di Prima Sport Club yang terletak di kawasan perumahan Taman Kedoya Permai, Kebon Jeruk. "Setelah ditelusuri, pengunjungnya tidak cuma pengunjung Sport Club; tapi juga pengunjung lain yang memanfaatkan aula di sana," katanya.

Kalau sudah punya ancar-ancar tempat, hal terpenting yang harus Anda siapkan tentunya modal. Menurut Taslim, untuk membuka Gloria Jeans di sebuah pusat perbelanjaan, investor mesti menyediakan dana sekitar Rp 650 juta. Dana segitu sudah mencakup pembelian mesin pembuat kopi, franchise fee selama lima tahun, serta training pengenalan produk dan manajemen pengelolaan kedai kopi. Cuma, kebutuhan dana itu belum menghitung biaya renovasi tempat dan furnitur. Untuk melengkapi kebutuhan yang terakhir ini, terwaralaba masih harus menyediakan dana tambahan sekitar Rp 200 juta. Dus, total jenderal investasi awal yang harus disediakan sekitar Rp 850 juta.

Namun, hitungan jumlah modal itu masih bisa dipangkas. Sekali lagi, contohnya adalah gerai yang ada di Sport Club tadi. Menurut Taslim, modal yang dibutuhkan si terwaralaba di sana cuma Rp 500 juta. Ini lantaran si terwaralaba menggabungkan kedai kopi Gloria Jeans dengan restoran miliknya. Jadi, ada beberapa item yang tidak perlu dibeli, seperti mesin pembuat es dan mesin pompa air yang nilainya bisa mencapai Rp 50 juta.

Harus gencar promosi biar laris

Jika urusan modal dan tempat sudah final, langkah selanjutnya adalah training pengenalan produk dan pengelolaan kedai Gloria Jeans selama tiga minggu. Dalam periode ini, para karyawan akan dilatih meracik pelbagai minuman kopi. Variannya cukup banyak, lo; bisa mencapai 40 jenis. Oh, ya, training ini tidak semata diikuti oleh para calon tenaga pegawai saja. Si terwaralaba juga harus ikut. Tujuannya agar ia paham betul tentang seluk-beluk bisnis kedai kopi kelas atas ini.

Mengenai pasar, Taslim bertutur bahwa kedai-kedainya dalam sebulan bisa menghasilkan omzet kurang lebih Rp 100 juta. "Bahkan, untuk yang di Mal Taman Anggrek bisa lebih," ucapnya. Nah, jika posisi omzet ini tetap terjaga, modal yang ditanamkan investor bisa balik tidak lebih dari dua tahun saja.

Cuma, target segitu belum tentu selalu tercapai, lo. Terkadang, untuk bisa balik modal, terwaralaba harus menunggu lebih lama lagi. Ambil contoh Ansye Gunawan, salah seorang terwaralaba yang membuka Gloria Jeans di Plaza Adorama, Kemang. "Target balik modal saya delapan tahun," ucapnya. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan gerai Gloria Jeans milik Ansye. Saban hari kedai kopinya disambangi lebih dari seratus pelanggan. Tapi, jumlah kedai kopi belakangan juga semakin banyak. Dengan kata lain, lantaran sadar dengan persaingan yang sangat sengit ini, Ansye tak mau memasang target yang terlalu optimistis.

Sudah begitu, modal yang ditanamkan Ansye tidak sedikit. Soalnya, ia menyewa ruangan yang luasnya di atas rata-rata. Walhasil, biaya sewanya pun menjadi membengkak. "Lantas promosi yang dilancarkan pihak Penta Fili terasa kurang," ungkapnya sambil menyebut pesaing terberatnya: Starbucks, yang kerap melakukan pelbagai promosi. Promosi inilah yang menyebabkan brand mereka begitu kuat di pasar. Lantaran itulah, kini, Ansye memilih untuk melakukan promosi sendiri di lingkungan sekitar gerainya

Minggu, 23 November 2008

Kemoceng Karanganyar Laris Manis di Luar Pulau Jawa

Usaha yang mulanya Cuma coba-coba ternyata justru membuahkan hasil. Bermula dari jualan makanan camilan, Dwi Kastuti, mengembangkan modalnya buat berbisnis kemoceng. “Saingan jualan camilan cukup banyak. Kebetulan, dulu saya pernah belajar membuat kemoceng. Jadi, saya coba membuat untuk dijual,” kenang perempuang asal dusun Jetis, Karanganyar ini.

Sembari menjajakan makanan kecil, suami Dwi juga menawarkan beberapa contoh kemoceng.”Pertama kali ada took yang memesan 400 kemoceng, kami senang sekali,” kenangnya lagi. Hingga kini, produksi kerajinan bulu ayam Dwi meningkat. Dalam seminggu, ia menjual 300 kodi kemoceng. Per kodi dijual Rp 29.000, Harga ini berlaku untuk pembeli dari Riau, Bali, Mataram, Madura, serta beberapa kota di luar Jawa. “Ongkos kirim tanggungan pembeli,” tandasnya.

Di Karanganyar, Dwi menjual dengan harga Rp 25.000 per kodi. Perbedaan harga ini lantaran kemasannya berbeda. Dwi mengaku, penjualan di kota tak seramai di luar pulau Jawa.”Kalau di Karanganyar penjualannya Cuma satu sampai dua kodi per took. Itupun lama lakunya,”keluhnya. Selain itu, biaya produksi per kemoceng di luar Jawa dan Karanganyar beda Rp 200. “Kalau kemoceng luar Jawa saya kemas pakai plastic jadi lebih mahal. Biaya produksinya Rp 1.200 per buah,” jelasnya.

Sampai saat ini, Dwi tak begitu faham mengapa permintaan selalu ada. Kemoceng sebanyak itu buat apa, saya juga tidak tahu,” herannya. Dwi Cuma beranggapan, di luar Jawa belum ada yang memproduksi kemoceng.

Meski sudah mendapat bantuan dari tujuh orang keluarga dan Sembilan karyawan lepas., Dwi mengaku belum bisa memenuhi permintaan. Lagi-lagi, kendalanya adalah modal. Tapi,Dwi terus berusaha memasarkan kemocengnya, terutama di Jawa Tengah.

Soal bahan baku, Dwi mengaku tak ada masalah. Rumah pemotongan ayam di Karanganyar masih bisa memasok bulu-bulu ayam. Harga bahan baku ini Rp 50.000 per lima kilogram (kg). “Bulu ayam sebanyak lima kg bisa untuk membuat 10 kodi kemoceng,” ujarnya ringan.

Sistem pemasaran Dwi dan suaminya cukup sederhana. Bukan lewat poster di pohon atau iklan di internet.”Masih seperti dulu. Sambil keliling jual camilan, suami saya membawa contoh kemoceng. Dari situlah, kami mendapat agen. Termasuk agen dari luar kota,” ucap perempuan kelahiran 31 tahun silam. Belum lama ini, Dwi mendapat agen baru dari Sragen.

Selama dua tahun berbisnis kemoceng, perekonomian keluarga Dwi semakin baik. Ian sudah bisa memperbaiki rumah dan membeli kendaraaan bermotor. “Masih roda dua, jadi ya masih kehujanan. Kalau mengantar pesanan dalam jumlah banyak, mesti bolak balik,” katanya jujur.

Agar tampak menarik, ibu tiga anak ini juga menambahkan pewarna pada bulu ayam untuk memperindah tampilan sulak buatannya. (sumber : kontan daily)

Jumat, 14 November 2008

Mengunyah laba dari Royal Crepes

Martabak tipis renyah alias crepes semakin banyak peminatnya. Panganan Perancis ini mulai familier di Indonesia sejak akhir 1990. Semula, penjualnya lebih suka menjalankannya di pusat perbelanjaan dengan dengan harga kelas menengah. namun kini, mulai banyak pedagang crepes kelas gerobak kaki lima.

Salah satu jaringan crepes yang menyasar kelas menengah bawah adalah Royal Crepes. Berkembang dari Bandung sejak pertengahan 2007 silam, kini jaringan Royal Cepes sudah meluas se-Indonesia berkat sistem waralaba. "Sampai September ini, kami sudah meiliki 260 gerai di beberapa kota di Indonesia,"ujar Direktur Pemasaran Royal Crepes, Ferry Kurnia

Menawarkan kerenyahan crepes dengan harga terjangkau, Royal Crepes memang lebih membidik pangsa anak sekolah dan perumahan. Cukup dengan membayar Rp 2.000 sampai Rp 3.500 pembeli bisa menikmati cemilan renyah buatan Royal Crepes."Saya mau orang bisa membeli crepes tanpa perlu ke mal, maka konsep kami adalah crepes bagi kelas menengah bawah.:katnya Ferry.

Royal crepes menawarkan sekitar 34 rasa martabak renyah. Beberapa di antaranya adalah beef burger, sosis, pisang keju, stroberi, lemon, blueberry, dan kombinasi lainnya.

Ferry mengklaim, crepes buatannya lebih sip. Kata dia, kerenyahan crepes lainnya hanya bertahan sejam."Setelah itu sudah mletat mletot atau lembek. Kalau royal crepes, sekarang dibuat, dimakan besok pagipun masih terasa renyah. Soalnya peralatan dan adonan semuanya kami buat sendiri dan beda dengan yang lain."kata Ferry.

Ia juga bilang bahwa adonan crepes buatan pedagang lain tidak bisa dimasak di plat milik Royal Crepes. Sebaliknya"Adonan Royal Crepes dimask ke plat lain itu juga enggak bisa," tambahnya.

Dengan alasan itu, para peminat waralaba Royal Crepes harus membeli baha baku adonan, termasuk seluruh selai khas Royal Crepes langsung dari pemegang waralaba (pewaralaba). "Kalau bahan baku habis, terwaralaba harus mengambil dari Royal.Biasanya saya menganjurkan terwaralaba menyetok bahan selama seminggu atau dua minggu," ujar Ferry.

Jika ingin membeli bahan stok selama seminggu, terwaralaba harus membayar Rp 1 juta. Itu sudah termasuk adonan, bahan baku, dan selai. Sementara, keju, susu, smoked beef, pisang dan sebagainya, Ferry mempersilahkan terawalaba membeli sendiri."Komponen tadi tidak akan mengubah citaras khas Royal Crepes,"katanya.

Empat paket pilihan

Saat ini Royal Crepes menawarkan empat paket waralaba. Pertama, paket waralaba seharga Rp 6,5 juta. Dalam paket ini, calon terwaralabaakan mendapatkan sebuah gerobak dorong, beragam peralatan membuat vrepes, adonan, bumbu, serta pelatihan sumber daya manusia, plus seragam.

Paket kedua seharga Rp 8,5 juta dengan fasilitas gerobak bersepeda sebagai sarana penjualan dan peralatan yang sama. Paket ketiga dna keempat seharga Rp 12,5 juta dan Rp 35 juta untuk kedai semi permanen yang bisa ditempatan dipusat perbelanjaan.

Dalam hitungan Ferrym terwaralaba yang mengambil paket seharga Rp 6,5 juta bakal bisa balik modal dlam tiga bulan. Syaratnya, terawalaba palin tidak harus bisa mempertahankan penjualan sekitar 70 sampai 80 crepes per hari.

Berat? boleh jadi begitu. Apalagi sekarang ini jumlah pedagang crepes makin bejibun. Namun Ferry berusaha meyakinkan bahwa target itu tak mustahil tercapai. Syaratnya, gerai menempati lokasi strategis, seperti dekat sekolah dengan membidik murid sekolah. (sumber : kontan daily)


telpon : 022-6070481 / 0811239689

Laba Terhampar dari Sajadah Motif Kartun

Sejenak, rumah berlantai dua di kawasan Cinere tampak biasa saja. Tapi siapa sangka diantara ketenangan dan kesejukan griya mungil itu seorang wanita cantik terlihat terampil mengubah kain perca menjadi sajadah cantik.

Angelique Octaviana Aveling, wanita itu, awalnya hanya memenuhi ketidakpuasan anaknya terhadap sajadah yang tampak biasa. Lantas, ia berinisiatif membuat sajadah sesuai keinginan sang anak."Anak kecilkan sukanya ada gambar kartun," ceritanya.

Kebetulan, sang anak juga bisa menggambar. "Dari situ, saya lantas bikin pola dan mal-malnya. Lalu, saya tempel dikain alas, karena saya tidak bisa menjahit, saya minta tukang jahit mengerjakan jahita," kata perempuan berhidung mancung ini. Sajadah unik ini membuat anak Angelique puas dan senang. Teman-teman sekolah anaknya belakangan minta ikut dibuatkan sajadah serupa.

Lantaran semakin banyak peminat, mulai April 2007, Angelique memutuskan membisniskan sajadah bermotif kartun khusus anak ini. Ia memberinya daganga label Lolipop Kid's Ware. "Banyak yang berminat karena beda dari biasanya. Sampai sekarang saya kewalahan memenuhi pesanan," ujarnya.

Maklum, mantan sekretaris di perusahaan minyak ini masih membuat sajadah secara manual. Jadi butuh waktu lama menyelesaikan setiap pesanan.

Toh, rintisan usahanya itu sudah menampakan hasil. Pesanan sajadah terus berdatangan. "Hasilnya belum seberapa memang. Modal awal saya waktu itu cuma Rp 3 juta," ungkapnya merendah.

Kini, Angelique dan dua karyawannya menargetkan membuat delapan sajadah berbagai ukuran per hari. Produk ini untuk memenuhi pesanan ke sejumlah agen. Ia misalnya memasok empat lusin ke Surabaya dan Semarang, serta masing-masing tiga lusin ke Bandung dan Kalimantan.

Angelique mengaku memproduksi tiga ukuran sajadah dengan harga jual mulai dari 100 ribu sampai Rp 200 ribu. "Marjin pendapatan minimal 50% dari biaya produksi. Kalau kurang dari itu, saya ,mendingan tutup,"candanya.

Angelique mengaku tak terlalu bernafsu membesarkan usahanya. "Saya masih mau mengawasi kedua anak perempuan saya yang masih kecil. Nanti kalau usaha ini besar, saya malah tidak ada waktu lagi buat mereka," katanya.

Selain memenuhi permintaan dalam negeri, Angelique pun sudah mulai mendapat pesanan juga dari marika Serikat dan Filipina. Cuma, ia memutuskan menunda pengiriman lantaran terpentok biaya pengiriman. "Jumlah produksi barangku kan masih kecil. Sekali mengirim paling berat 50 kg," kata lulusan Universitas Indonesia ini.

Terkendala bahan baku

Angelique menjelaskan, salah satu kendala usaha ini soal harga bahan baku berupa kain. Susah mencari kain murah. Kain katun sebagai bahan dasar alas, harganya sudah naik. Penjualnya bilang, kainnya masih impor, jadi mahal. Saya ingung, buatan lokal pada ke mana ya?" sesalnya. Untuk gambar-gambar aplikasi, Angelique menggunakan kain perca yang dipasok penjahitnya.

Bila Anda ingin membuka usaha serupa,Angelique menyarankan anda bermodal utama ketelatenan, kesabaran, dan jaringan yang luas. Kunci keberhasilan bisnis ini, menurutnya, tergantung aplikasi gambar pada sajadah.

Biasanya, warnya harus ceria dan sangat kontras lantaran cukup disukai anak-anak. Motif hiasan aplikasinya mulai dari kelinci, ayam, capung, bunga, matahari, mobil, kapal, sampai pesawat. Berawal dari memiliki sajad ceria ini, Angelique berharap, anak-anak semakin rajin beribadah. (Sumber : KOntan Daily)

telpon : 021-7545804

Kamis, 13 November 2008

Berbagi Keuntungan dari Bisnis Khitan

Khitan atau sunat bukan hanya kewajiban bagi para muslimin. Khitan terbukti sangat baik buat kesehatan. Wajar saja, kaum laki-laki dianjurkan melaksanakan khitan tanpa memandang agama dan suku.

Walhasil, jasa khitan menjadi peluang usaha cukup menjajikan. Hitung saja, berapa banyak lelaki menjelang aqil balik yang butuh jasa ini. Tak keran, dokter Mahdian Nur Nasution yang sudah tersohor sebagai dokter sunat, sampai menawarkan klinik Rumah Sunatan miliknya dalam bentuk business opportunity kepada masyarakat umum.

Awalnya, sejak tahun 2004, dokter jebolan Fakultas kedokteran Universitas Indonesia ini menerima jasa khitan di rumahnya. Ternyata, banyak orang membawa anaknya menjalani khitan di rumah Mahdian. Telisik punya telisik, ia adalah salah satu dokter yang menggunaka metode sunat teranyar bernama smart klamp.

Metode ini lebih praktis dan efisien ketimbang metode gunting konvensional atau sinar laser. Khitan konvensional biasanya memakan waktu setengah jam dan tidak boleh kena air selam dua minggu."Sedangkan, smart klamp ini cuma memakan waktu 10 menit dan paien sudah bisa beraktifitas seperti biasa,"ujar Fajar Harguna, Kepala Bagian Pengembangan bBisnis Rumah Sunatan.

Melihat respon masyarakatitu, Mahdian akhirnya membangun Klinik bernama Rumah Sunatan pada tahun 2005 di Matraman, Jakarta Pusat. Usaha ini berkembang pesat hingga Mahdian mendirikan tiga cabang di Kayu Putih dan Pulogadung, Jakarta Timur, Cimanggis, Depok, serta Bintaro, Tanggerang.

Sukses mengembangkan usaha sendiri, Mahdian tertarik memitrakan Rumah Sunatan dengan konsep business opportunity pertama di bidang sunat menyunat. Walhasil, empat klinik lain yang dikelola mitranya kini tersebar di luar Jawa, seperti di Bali, Surabaya, Semarang, hingga Medan.

Fajar bilang, untuk menjadi mitra Rumah sunatan, calon mitra harus menyediakan lokasi terlebih dahulu. Calon mitra juga harus mengisi klinik tersebut dengan prasarana, seperti mebel, perlengkapan kantor untuk klinik, dan fasilitas lainnya. Peralatan medis seperti peralatan klamp, laser, hingga alat bedah kecil dan tempat tidur dipasok Rumah Sunatan.

Selain itu, Rumah Sunatan akan memberikan seperangkat alat promosi dan software aplikasi klinik yang berlaku standar di seluruh Indonesia dan bersifat online. "Kami juga memberikan pelatihan penggunaan alat dan teknik menyunat. Jadi klinik sudah lengkap dengan ahli khitan,"katanya.

Panen saat musim liburan

Dalam hitungan Rumah Sunatan, dengan modal Rp 150 juta, calon mitra sudah bisa membangun klinik sendiri. Tapi karen sifatnya business opportunity, Rumah sunatan tidak menarik franchise fee. Kerjasama ini hanya menerapkan konsep bagi hasil atas keuntungan bersih setiap bulan. Bagi hasilnya berdasarkan kontribusi nominal investasi Rumah Sunatan dan mitra saat bersepakat membangun klinik.

Jadi, sebelum mendirikan klinik, mitra dan Rumah Sunatan ,menentukan nilai investasi dan porsi masing-masing. Walhasil jika porsi investasi mitra 2/3 maka keuntungan bersihnya juga 2/3. "Keuntungan bersih yang dibagi sudah dipotong biaya pekerja, dokter, belanja obat, dan sebagainya,"kata Fajar.

Nah, dengan tarif khitan antara Rp 600.000 sampai Rp 1 juta setidaknya dalam waktu satu tahun, modal si mitra sudah bisa kembali. Tapi, jangan salah, bisnis sunat ini juga tergnatiung momentum. "Misalnya, banyak orang tua yang mengkhitan anaknya saat liburan panjang sekolah,"ujarnya. (sumebr : Kontan Daily)

Telpon : (021) 85913421

Laba Mengalir dari Kursus Komputer

Dewasa ini, keterampilan mengoperasikan komputer sudah menjadi syarat mutlak melamar pekerjaan. Tingkatannya tak harus sampai leve mahir dan canggih. Tapi, modal kemampuan di bidang ini, biasanya menjadi pertimbangan penting penerima kerja.

Bisa saja ketrampilan komputer ini dipelajari secara otodidak. Tapi, jika punya bekal pengetahuan formal, tentu saja jauh lebih baik. Tak heran, cukup banyak lembaga pendidikan yang menawarkan jasa mengasah ketrampilan ilmu ini.

Salah satu lembaga pendidikan yang menyediakan pendidikan komputer adalah Lembaga Pendidikan Komputer (LPK) Internusa di Rawamangun, Jakarta Timur. Sejak enam tahun lalu, Internusa membuka bisnis pendidikan komputer bagi siswa sekolah dan masyarakat umum. Internusa menyediakan sepuluh produk utama yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan. seperti, office application, technical, disain grafis, accounting, disain web, computer kids, linux, programming, special program, dan workshop. "Dari setiap produk ini ada sekitar empat hingga lima program didalamnya," ujar Yuswandhi, Business Development Manager LPK Internusa.

Biaya kursus tergantung paket dan materi diambil. Biaya kursus bagi anak-anak kisaran Rp 250.000 hingga Rp 800.000 per tingkat. Biaya kursus untuk umum sekitar Rp 500.000 hingga Rp 1,8 juta per paket program selama 30 jam pengajaran.

Selain di Rawamangun, saat ini, Internusa sudah memiliki satu cabang lain di Pisangan, Jakarta Timur. Salah satu strategi mempercepat pengembangan cabang adalah menawarkan lisensi sebagai mitra kepada publik sejak tahun 2004 lalu. "Kini mitra kami ada di tiga lokasi yaitu Fatmawati, Kalimalang, dan Ciputat," kata Yuswandhi.

Internusa menawarkan konsep lisensi merek kepada calon mitra. Biaya lisensi sebesar Rp 50 juta berlaku selama lima tahun ke depan. Calon mitra akan mendapatkan fasilitas seperti kurikulum standar, dukungan konsultasi lay out dan disain ruangan, kebutuhan modul, pelatihan hingga enam pegawai, update kurikulum, serta program promosi.

Biaya tersebut di luar investasi pengadaan komputer, saran belajar, dan fasilitas pendukung lainnya seperti AC, telepon, dan listrik. "Kalau dihitung-hitung dana investasi keseluruhan yang harus mitra siapkan sebesar Rp 100 juta hingga Rp 170 juta," ujar Yuswandhi blak-blakan.

Balik modal dua tahun

Internusa mengenakan biaya royalti sebesar Rp 10 % dari omzet per bulan setelah empat bulan pertama. Setelah lima tahun, kinerja mitra akan dievaluasi. Kalau pengembalian royalty fee selama lima tahun cukup bagus, saat memperpanjang kerjasama, mitra tidak akandikenai lisensi lagi. "Kami melihat setiap mitra berbeda. Kalau performa belum cukup baik, mitra akan dibebani biaya sebesar 50% dari biaya lisensi yang berlaku saat itu," jelas Yuswandhi.

Internusa menetapkan lokasi usaha minimal seluas 150 m2 dengan luas kelas sekitar 16m2. Lokasi kursus disarankan dekat sentra bisnis, perumahan, institusi pemerintahan, dan pendidikan. Itulah titik-titik lokasi strategis bagi kursus komputer.

Yulianto adlaah salah satu mitra Internusa di daerah Ciputat sudah sejak tahun lalu bergabung dengan LPK Internusa."Waktu itu, saya menyediakan total investasi sebesar Rp 150 juta sekaligus penyediaan komputer dan sarana penyediaan komputer dan sarana belajar lainnya," ujarnya.

Yulianto mengaku dalam sebulan bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta. Pengeluaran per bulan sekitar Rp 8 juta hingga 10 juta per bulan. "Dengan omzet sebesar itu, saya akan balik modal pada tahu kedua,' ujarnya. (sumber : kontan daily)


telpon : (021)47882155

Selasa, 11 November 2008

Mencetak laba dari Usaha Sablon Instan

Bisnis percetakan dan sablon bukan hal baru. Namun, jika mampu menciptakan inovasi dan modifikasi yang membuat usaha sablon ini berbeda dibandingkan yang lain, itu baru luar biasa.

Apalagi, kendalabisnis ini cukup banyak. Pesaingnya bejibun dan ongkos produksi, khususnya konsumsi listrik cukup besar. Namun, dengan modifikasi mesin sablon serta mesin cetak yang lebih irit tinta, EcoPrintLution mampu menawarkan hal-hal yang berbeda.

Awalnya, perusahaan milik PT Elang Perkasa Langgeng ini bergerak di usaha isi ulang tinta laser jet dengan menyasar segmen perkantoran sejak 1997. Setelah berkembang, EcoPrintLution melebarkan sayapnya dengan menawarkan jasa percetakan dan sablon.

Hingga kini , EcoPrintLution sudah memiliki enam cabang di beberapa kota besar seperti Jakarta, Malang, Bali, dan Surabaya. Bahkan para pelangganya menawarkan diri menjadi mitra EcoPrintLution. "Sejak 2004 kami mulai menawarkan paket dasar investasi bagi masyarakat," kata Victor Emmanuel, Manajer Cabang PT Elang Perkasa Langgen di Jakarta Barat.

Victor menambahkan, Elang Perkasa juga memberikan kemudahan kepada calon mitra dengan penjelasan lengkap termasuk modal investasi tiap paket yang ditawarkan. Selain itu, sebelum mitra membeli paket, EcoPrintLution akan demo operasional mesin dan semua peralatan yang dibutuhkan.

Karena kebutuhan utama mitra adalah mesin cetak, EcoPrintLution memberikan perangkat printer dengan modifikasi sehingga lebih irit tinta. Tidak kalah penting adalah garansi mesin tertentu selama satu tahun se[erti pemanas.

Paket dasar investasi yang ditawarkan EcoPrintLution ada tujuh. Pertama, investasi Rp 1,2 juta untuk bisnis sablon tanda pengenal instan dengn fasilitas mesinlaminating, alat pemotong, alat pelubang kartu, bahan baku kertas, dan pelatihan tiga pegawai. Kedua,paket senilai Rp 2,18 juta yang sama dengan paket pertama tapi mendapatkan tambahan fasilitas printer irit tinta.

Wajib beli bahan baku

Sedangkan paket ketiga, inkjet sablon printing Rp 3,24 juta, menawarkan fasilitas mesinpress piring, sublimation transfer paper untuk bahan sablon, printer, dan pelatihan. "Biaya itu diluar bahan baku piring, ujar victor. Paket keempat atau inkjet sablon mug senilai Rp 2,84 juta, mitra mendapatkan fasilitas serupa paket keempat dengan mesin press mug.

Sementara, paket inkjet sablon t-shirt senilai Rp3,94 juta memiliki fasilitas yang sama, tapi ditambah mesin press untuk t-shirt. Sedangkan paket keenam yaitu inkjet sablon 3 in 1 senilai Rp 5,44 juta memberikan fasilitas sama dengan tambahan mesin mesin press 3 in 1 untuk kaos, mug dan piring.

Paket terkahir atau ketujuh print and wonder cut adalah paket termahal mencapai Rp6,44 juta. Paket yang paling populer saat ini mengakomodasi segala kebutuhan sablon instan, seperti menyablon kaos, topi, gelas dan piring.

Enaknya, dalam kerjasama business opprtunity (BO) ini, EcoPrintLution tidak menetapkan royakty fee. Hanya saja, mitra harus membeli bahan baku EcoPrintLution seperti mug, piring, dan tinta cetaak dari kantor pusat. "Bahan baku yang tidak ada seperti topi dan t-shirt bisa dibeli di luar," ujar Victor.

Soal omzet, sangat beragam, tergantung strategi pemasaran mitra. "Ada mitra yang mendapat pesanan puluhan ribu tiket masuk stadion Gelora Bung Karno untuk penonton sepakbola,"kata Victor. Ada juga mitra yang balik modal dalam dua bulan lantaran mengerjakan proyek besar. (sumber : kontan daily)

Telpon : (021)91275978 / 08883564944

Senin, 10 November 2008

Steve Jobs (CEO Apple & Pixar Animation)

"Your time is limited, so don't waste it living someone else's life.
Don't be trapped by dogma - which is living with the results of other people's thinking.
Don't let the noise of other's opinions drown out your own inner voice.
And most important, have the courage to follow your heart and intuition.
They somehow already know what you truly want to become.
Everything else is secondary."

Mie Kondang, Dari Rakyat Hingga Pejabat

Mengawali dari penjual mie gerobak, Sakidjan berhasil mengembangkannya menjadi 10 outlet. Sejumlah pejabat tercatat menjadi pelanggannya, salah satunya KASAD Djoko Santoso.
Satu lagi bukti bahwa untuk sukses seseorang hanya perlu satu modal: tekad. Itulah yang ditunjukkan Sakidjan, pengusaha mie ayam asal Jatiroto, Wonogiri. Dengan usaha tersebut Sakidjan berhasil meraup omset sekitar Rp 300 juta per bulan. Dan mie hasil olahannya disantap tidak saja oleh rakyat namun juga jadi langganan sejumlah pejabat.

Padahal, awalnya Sakidjan tidak memiliki ketrampilan mengolah mie ayam. Ketika hijrah ke Jakarta pada 1973 lalu, Sakidjan bekerja sebagai kuli bangunan. Atas anjuran pamannya ia berguru ke seorang penjual mie ayam yang berasal dari Baturetno, sebuah kecamatan yang terletak di Tenggara Wonogiri. “Sampai satu bulan saya masih belum mahir mengolah mie ayam,” kenangnya.
Meski belum mahir mengolah mie, dia direkrut seorang pengusaha mie sebagai karyawan untuk berjualan mie dengan gaji Rp 300 per hari. Selama 1,5 tahun ia bekerja dan mengumpulkan gajinya. “Selama kurun waktu itu saya tidak pernah pulang kampung. Bukannya tidak punya keinginan pulang kampung tetapi tidak mempunyai uang,” ujar Sakidjan.

Menurut hemat Sakidjan, daripada uang digunakan mudik lebih baik ditabung untuk dijadikan modal kelak jika ada kesempatan berjualan mie sendiri. Kebetulan ada seorang temannya yang menjual pangkalan (lapak kaki lima) di Jembatan Lima. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. “Saya beli pangkalan itu Rp 40 ribu,” ujarnya.

Mulailah Sakidjan berjualan mie sendiri dengan menyewa gerobak dari seseorang. Aturan main yang berlaku saat itu adalah penyewa gerobak harus mengambil mie kepada pemilik gerobak.

Perlahan Sakidjan bisa mengembangkan usahanya dan menyewa empat gerobak dan ditempatkan di empat pangkalan di Kawasan Kota. Ini berlangsung sampai tahun 1979. Pada tahun 1980 penjualan mienya di Kota menurun sehingga Sakidjan mulai berputar-putar untuk mencari tempat yang lebih strategis. Ia kemudian menemukan tempat berjualan yang dipandangnya strategis yakni di Pintu I Senayan. “Saya tetap menyewa gerobak dan berbelanja dari orang yang sama,” terangnya.

Dalam waktu satu tahun Sakidjan berhasil memiliki lima pangkalan di sekitar Senayan. Usahanya mulai memperlihatkan perkembangan. Dengan lima armada gerobak Sakidjan berhasil menjual mie 30 – 40 kg per hari.

Mulai saat itu, tercetus dalam pikirannya untuk memproduksi mie sendiri sehingga bisa mendongkrak keuntungan. Di saat anak buahnya berangkat berjualan, Sakidjan mencoba-coba untuk memproduksi mie.

Diungkapkan Sakidjan, para produsen mie saat itu pelit untuk berbagi resep pembuatan mie sehingga ia harus berjuang sendiri untuk mencari formulanya. “Saya nekad untuk membeli mesin pembuatan mie seharga Rp 150 ribu,” tuturnya.

Meski memiliki mesin tidak serta merta Sakidjan bisa memproduksi mie, karena ia memang belum tahu resepnya. “Hampir enam bulan saya mengalami kegagalan untuk memproduksi mie sendiri,” ungkapnya. Selama enam bulan itu juga Sakidjan harus rela membuang mienya yang tidak jadi. Tapi hal ini tidak menyurutkan tekadnya untuk bisa memproduksi mie sendiri. Dengan melakukan trial and error akhirnya Sakidjan berhasil memproduksi mie sendiri. Namun hasil produksinya juga tidak bisa bertahan lama, paling 10 jam. Namun Sakidjan tidak memusingkan hal ini. “Saya memproduksi mie untuk keperluan jualan hari itu juga. Saya tidak tahu menggunakan bahan pengawet dan sampai kini tidak pernah menggunakan bahan pengawet,” ujarnya. Justru hal ini kelak di kemudian hari sangat menguntungkan Sakidjan karena ia tidak risau ketika kasus makanan berformalin (di antaranya mie) merebak ke permukaan.

Ketika melihat usahanya mulai berkembang, Sakidjan menjual sepeda motornya Honda GL-100 guna membuat gerobak sendiri. Dengan uang hasil penjualan sepeda motor saya bisa membuat lima gerobak. Tidak sebagaimana aturan sebelumnya, Sakidjan tidak menyewakan gerobak, tetapi orang yang berdagang dengan gerobaknya harus mengambil mie dari Sakidjan. Resep ini ternyata cukup jitu, karena pertumbuhan armada gerobaknya terus merangkak. Saat ini tercatat ia memiliki 80 gerobak. “Meski hanya mengambil keuntungan dari penjualan mie, tetapi hasilnya lumayan,” imbuhnya.

Dalam perjalanannya, setelah bermitra dengan Bogasari dengan masuk sebagai anggota Paguyuban Tunggal Rasa, Sakidjan kemudian membuka outlet, pada tahun 1997. Tetapi brand mie ayam yang diusung saat itu masih memakai nama Mie Tunggal Rasa, bukan Mie Kondang. Sejak saat itu gerainya bertambah dan kini sudah mencapai 10 buah.

Setelah dipercaya menjadi salah satu menu dalam acara Open House yang diselenggarakan selama satu bulan penuh oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Sakidjan mengubah brandnya menjadi Mie Kondang. “Untuk mengubah nama tersebut saya sudah mengkonsultasikan lebih dulu kepada para penasehat Paguyuban Tunggal Rasa, di antaranya Pak Franky (Welirang) dan Pak Suyono (mantan Kasum ABRI),” ucapnya.

Dalam penyelenggaraan Open House tak kurang 15 ribu mangkok disuguhkan untuk rakyat maupun pejabat yang hadir dalam acara tersebut. “Sebelum disajikan mie kami sudah dites terlebih dahulu. Karena sedari awal saya tidak pernah menggunakan pengawet, mie saya lolos tes,” ujarnya.
Selain dijadikan menu dalam acara tersebut, Mie Kondang juga dijadikan menu sejumlah acara yang digelar oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Djoko Santoso maupun isterinya. Belum lama ini Mie Kondang juga ikut berpartisipasi dalam kampanye mie yang diprakarsai Menteri Perindustrian, Fahmi Idris.

Dengan tenarnya Mie Kondang, Sakidjan bisa membukukan penjualan Rp 10-12 juta per hari. Sementara dari pesanan untuk berbagai acara Sakidjan bisa memperoleh tambahan pendapatan antara Rp 15-20 juta per bulan.

Isu formalin memang agak menyurutkan penjualan Mie Kondang. Tetapi penjualan di outletnya tidak menurun drastis. Hanya armada gerobaknya yang agak terpukul. “Kami telah melampirkan surat dari Depkes yang menyatakan mie kami bebas dari pengawet, termasuk formalin, pada setiap armada gerobak dan outlet. Semoga hal ini bisa mengatasi persoalan tersebut,” kata Sakidjan.

Sakidjan menambahkan, dirinya membuka peluang bagi pihak lain untuk bekerja sama. Artinya, jika ada pihak yang ingin membuka gerai Mie Kondang cukup merogoh Rp 70 juta. Biaya itu sudah termasuk furniture dan setting.

Bahkan bagi pihak yang tidak memiliki modal samasekali tetapi ingin berjualan mie, Sakidjan mempersilakan orang tersebut untuk berguru kepadanya. “Gratis, tidak dipungut biaya. Ini sebagai ladang amal ibadah saya,” pungkas Sakidjan.

Minggu, 09 November 2008

Menjajaki tawaran usaha makanan dari Bogasari

Ada tawaran paket usaha makanan berbasis tepung instan dari Bogasari. Modalnya mulai Rp 8,8 juta hingga Rp 50 juta. Kurang dari setahun modal Anda bisa balik; asal lokasinya tepat dan Anda kreatif mengembangkan menu masakan.

Banyak orang ragu memulai bisnis sendiri. Kalaupun ada modal, orang belum tentu tahu harus terjun ke bisnis apa. Bila Anda mengalami masalah seperti ini, jangan berlama-lama larut dalam kebingungan. Tawaran paket bisnis makanan dari Bogasari bisa jadi alternatif. "Kami menawarkan berbagai paket usaha yang bisa dengan mudah dijalankan siapa pun," kata Henny Koesoemaharjati, Manajer Food Technology Research Center Bogasari Flour Mills.

Tawaran usaha dari pabrik tepung terigu terbesar di dunia ini bukan waralaba. Jadi, mitra (pembeli paket usaha) tak perlu membayar franchise fee dan royalti. Si mitra cukup membeli paket usaha membuat dan menjual suatu jenis makanan yang bahan bakunya berupa tepung buatan Bogasari.

Selanjutnya, si mitra akan memperoleh peralatan mengolah dan memasak makanan, serta kemudahan memperoleh bahan baku dari Bogasari. "Harga tepung untuk mitra lebih murah dari harga pasar," beber Henny. Ambil contoh, tepung pembuat crepes di pasaran harganya Rp 15.000 sekilo, sedangkan para mitra cukup membeli dengan harga Rp 11.000 sekilo.

Bogasari juga akan memberikan resep-resep pada para mitra sekaligus memberi pelatihan memasak dan menggunakan alat-alat. Pelatihannya hanya 1-2 hari. Henny berkata, waktu segitu cukup karena proses pengolahan makanannya memang sederhana. Bahan baku utamanya berupa tepung campur (premix) siap pakai. Penjual tinggal mencampurkan tepung instan itu dengan bahan tambahan seperti air atau mentega sehingga menjadi adonan siap masak.

Pilih-pilih paket usahanya

Saat ini Bogasari menawarkan empat paket usaha. Satu paket sudah ditawarkan setahun silam. Tiga paket lagi baru diluncurkan awal Oktober lalu. Untuk paket baru ini, Bogasari sudah menjaring 57 mitra baru dari Jakarta, Yogyakarta, Solo, Riau, Makasar, dan daerah lain. Berikut keempat pakat tersebut:

~ Paket Usaha Crepes dan Coins
Paket yang ditawarkan sejak setahun silam ini sudah menjaring 12 mitra. Untuk paket komplet seharga Rp 38 juta, si mitra akan memperoleh 2 unit mesin crepes listrik (alat berbentuk lempengan logam bundar yang panas untuk membuat crepes), 1 chiller (meja stainless yang dilengkapi pendingin).

Selain biaya paket, untuk memulai bisnis jualan kue crepes dan coins ini Anda juga harus menyediakan berbagai biaya lain (lihat tabel 1). Menurut Henny, usaha ini sebaiknya Anda buka di pusat perbelanjaan atau tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang.

~ Paket Usaha Noodle (Mi)
Paket usaha yang bisa dibuka di samping rumah atau pusat keramaian ini harganya Rp 27,5 juta. Isi paket ini terdiri dari: 1 unit meja bain marie (meja stainless yang dilengkapi alat pemanas untuk menyimpan kuah mi), 1 penggorengan, 2 kompor gas berikut tabung dan selang, dan training selama sehari (lihat tabel 2). Menu andalan Bogasari untuk usaha mi ini adalah mi bumbu lada hitam dan mi seafood.

~ Paket Usaha Martabuck
Usaha kelas gerobakan ini paketnya seharga Rp 8,5 juta. Paket ini berisi: 1 unit gerobak desain kanopi, 1 kompor gas burner, 1 cetakan martabak, dan pelatihan selama sehari (lihat tabel 3). Pilihan martabaknya saat ini ada tiga, yakni martabak manis, isi tuna, dan isi stroberi.

~ Paket Usaha Crispy Burger
Harga paketnya Rp 45 juta. Isinya: mesin pembuat crispy burger, chiller, dan training 1 hari (lihat tabel 4). Melihat wujud crispy burger yang berupa lapisan-lapisan tipis nan renyah dengan aneka isi, terkesan pembuatannya rumit. Jangan keder dulu. "Kami menyediakan lembaran-lembaran adonannya, kok," kata Henny.

Harus kreatif mengembangkan resep sendiri

Yang mana pun dari keempat paket itu yang Anda pilih, kunci keberhasilannya terletak pada pemilihan lokasi yang strategis. Selain itu, kendati semua masakan berbasis tepung instan, untuk menggaet banyak pembeli Anda harus kreatif membuat isi dan bumbu. Bila hanya mengandalkan menu awal dari Bogasari, lama-kelamaan pembeli tentu bosan dan penjualan Anda akan menurun.

Ini dialami Letisia, mitra Bogasari di Lampung yang membeli paket usaha crepes coins. "Awalnya saya bisa mencapai target penjualan, tapi belakangan penjualan menurun, karena produk crepes tak berkembang," keluhnya. Dia juga mengeluhkan sistem paket usaha ini membuat si mitra seolah tak punya ikatan dengan Bogasari. "Mereka seakan enggak mau pusing lagi dengan perkembangan kami," keluh Letisia.

Untuk mengatasi persoalan macam ini, Henny mengatakan, Bogasari berkomitmen terus mengembangkan produk-produk baru. "Paling tidak, dua kali setahun kami akan meluncurkan produk baru, dan kami akan membagikannya secara gratis bagi seluruh mitra," tandasnya. Untuk crepes coins, misalnya, Bogasari baru meluncurkan dua resep baru, yakni tiramisu dan black forest.

Henny mengakui, karena para mitra Bogasari tersebar di berbagai daerah yang selera pasarnya berbeda-beda, urusan membuat produk baru ini memang tak bisa memuaskan semua mitra secara bersamaan. Crepes tiramisu dan black forrest misalnya, digemari orang di kota besar seperti Jakarta, tapi tidak di Lampung. Karena itu, bila benar-benar hendak sukses, Anda tak boleh terlalu bergantung pada pihak lain. Berusahalah sendiri mengembangkan menu dan produk baru.

Jumat, 07 November 2008

Bagaimana membuka kedai di Mall

Membuka gerai di foodcourt berpeluang menguntungkan. Kalau tak mempunyai modal ratusan juta untuk menyewa ruang, Anda bisa membuka gerai dengan sistem bagi hasil. Tak sampai setahun modal Anda bisa kembali.

Mal atau pusat perbelanjaan kini lebih terkenal sebagai tempat rekreasi ketimbang tempat belanja. Hampir seluruh anggota keluarga, mulai si kecil sampai neneknya, ketagihan jalan-jalan ke mal. Tak perlu takut dompet terkuras buat belanja. Orang sudah cukup puas memandangi pelbagai barang-barang keluaran terbaru yang terpajang elok di etalase toko.

Yang penting, kalau sudah capek memandang-mandang etalase, kita akan mengaso dan bersantap di berbagai gerai makanan yang ada di mal tersebut. Tempat makan-baik gerai yang berdiri sendiri maupun gerai di kawasan jajan alias foodcourt-juga menjadi tempat nongkrong mereka yang datang ke mal untuk menonton film atau janjian dengan pacar.

Ini membuat bisnis foodcourt terus berkibar dan layak menjadi alternatif bagi Anda yang tengah mencari ladang usaha yang prospektif. Modalnya tak mengikat, belasan juta juga bisa. Keuntungannya lumayan besar, dan bisa balik modal dalam waktu setengah tahun.

Sistem sewa bagi yang modalnya tebal

Ada dua skema gerai di foodcourt yang bisa Anda pilih. Pertama, sistem sewa ruang. Untuk skema ini, Anda tinggal menanyakan ke pengelola mal apakah ada ruang di foodcourt yang kosong. Kalau ada dan harganya cocok, Anda bisa langsung bersiap membuka gerai. "Untuk mal baru prosesnya paling hanya 1-2 bulan, tapi kalau mal lama bisa 1-2 tahun," ujar Yerati Niolawati, pengelola gerai Crystal Bar di Mal Kelapa Gading.

Laiknya penyewa lain di mal, penyewa ruang foodcourt juga harus membayar sewa ruang plus biaya pemeliharaan (maintenance fee). Rosaline Stella Lie, Senior Associates Director Procon Indah-perusahaan yang memasarkan berbagai ruang perbelanjaan-mengatakan bahwa tarif sewa foodcourt kelas satu di Jakarta rata-rata US$ 75-US$ 100/m2 per bulan. Ini belum termasuk maintenance fee yang berkisar US$ 15 sampai US$ 25/m2 per bulan. Oh, ya, kurs di bisnis ruang mal saat ini adalah Rp 6.000/US$.

Sekilas sewa foodcourt ini lebih mahal dari sewa ruang bila membuka gerai makanan khusus di luar foodcourt, yang sewanya rata-rata hanya sekitar US$ 50-US$ 75/m2 per bulan. Namun, sebenarnya, modal awal membuka gerai makanan di luar foodcourt jauh lebih besar.

Untuk membuka gerai sendiri, selain harus membayar sewa beberapa waktu ke depan, Anda juga harus mengeluarkan duit untuk membeli meja, kursi, AC, alat-alat memasak, dan perlengkapan makan. Di foodcourt, penyewa tak perlu berinvestasi meja, kursi, dan pendingin ruang. Semuanya sudah disediakan pengelola gedung.

Kontrak sewa ruang umumnya jangka panjang, rata-rata 3-5 tahun. Dan, sewanya harus dibayar di muka. Karena itu, gerai sewa hanya cocok untuk mereka yang memiliki modal besar dan nama kedainya sudah cukup terkenal.

Bagi hasil bagi yang modalnya pas-pasan

Kalau modal awal Anda terbilang cekak, ada pilihan kedua, yakni sistem bagi hasil. "Saya memilih sistem bagi hasil karena tak sanggup membayar uang sewa," beber Juju Juriah, pemilik Kedai SK yang berjualan makanan Sunda di foodcourt Mal Ciputra.

Modal awal untuk membuka gerai dengan skema bagi hasil cukup beberapa belas juta rupiah saja (lihat boks simulasi). Selain tak perlu berinvestasi untuk meja, kursi, pendingin ruang, pemilik gerai tak perlu membayar sewa ruang. Sebagai imbalan atas berbagai fasilitas yang dinikmatinya, pemilik gerai harus merelakan sebagian pendapatannya dibagi untuk pengelola foodcourt.

Dengan berbagai kelebihan itu, tak heran peminat foodcourt bagi hasil begitu membeludak. "Dari 40 gerai di foodcourt kami, 80%-nya adalah sistem bagi hasil," ujar Inge Sidharta, Foodcourt Manager Pasar Senggol, Mal Ciputra. Saking banyaknya peminat, daftar tunggu (waiting list) gerai bagi hasil di berbagai mal terkenal itu begitu panjang. "Tadinya saya mau membuka gerai di sebuah mal terkenal, tapi waiting list-nya lebih dari 250. Jadi, saya menyewa saja di tempat yang baru buka," aku Nurat, pemilik gerai di foodcourt ITC Kuningan dan ITC Permata Hijau.

Namun, sistem bagi hasil ini juga menuai kritik. Umumnya pemilik gerai tak puas pada sistem bagi hasil yang ditetapkan pengelola mal. Ambil contoh, pengelola foodcourt Mal Ciputra menarik bagi hasil sebesar 30% dari omzet gerai yang ditargetkan minimal Rp 20 juta sebulan. Jatuhnya Rp 6 juta. Artinya, bila omzet gerai naik, katakanlah menjadi Rp 30 juta, pemilik gedung akan menikmati bagi hasil Rp 9 juta, "Tapi, kalau omzet saya turun menjadi Rp 15 juta, saya tetap harus menyetor bagi hasil Rp 6 juta," keluh seorang pengusaha yang sudah empat tahun membuka gerai di situ.

Selain itu, pengusaha juga mengeluhkan sistem di beberapa mal yang mengharuskan pemilik gerai menyewa peralatan makan dari pemilik foodcourt. Kalau dihitung-hitung, biaya sewa untuk beberapa bulan saja cukup untuk membeli semua perabotan makan yang bisa dipakai bertahun-tahun.

Jangan lupa siapkan menu andalan

Nah, sistem apa pun yang Anda pilih, sewa atau bagi hasil, untuk membuka gerai di foodcourt Anda harus bersiap menghadapi seleksi yang amat ketat. Seleksi pertama, makanan Anda harus lezat dan tak boleh sama dengan gerai lain. Kalau kebetulan ada beberapa calon dengan menu sama, "Kami akan memilih yang masakannya paling sedap," terang Inge. Jumlah dan jenis makanan yang bisa dijual sebuah gerai di foodcourt juga amat terbatas. Paling hanya 5-6 jenis masakan, itu pun harus dari rumpun yang sama. Misalnya, semua masakan harus khas sunda, tak boleh ada menu masakan China-nya.

Pemilik gerai juga harus benar-benar disiplin. Mereka harus membuka dan menutup gerai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan pengelola foodcourt. Persediaan makanan pun harus cukup. Bila melanggar, pemilik gerai bisa kena tegur bahkan kena denda. "Kami mendenda Rp 50.000 untuk setiap pelanggaran," ujar Inge. Bahkan, bila pelanggaran dianggap keterlaluan, si pemilik foodcourt bisa saja "mengusir" si pemilik gerai dari malnya.

Bisnis ini memang menggiurkan, tapi menjalankannya membutuhkan ketekunan, kesungguhan, dan disiplin.

 http://supplier.id/?join=716

Kamis, 06 November 2008

Bisnis Ayam Bakar Jo Gelo

Rasa manis ayam bakar Jo Gelo memang membikin pengunjungnya kepincut. Sehari sedikitnya 300 ayam ludes terbeli. Tak membuka cabang karena khawatir turun kualitasnya.

Kedai yang menyajikan ayam, digoreng ataupun dibakar, susah dibilang sebagai tempat makan yang eksklusif. Di mana-mana ada. Tapi, kelebihannya, menu ayam ini memang sangat populer. Hampir semua daerah selalu mempunyai warung ataupun restoran ayam yang dibilang sebagai sajian khas daerah setempat. Itu pun tak cuma satu nama adanya.

Mari kita bertandang ke Kota Solo. Jangan cuma memanjakan perut dengan sego liwet, timlo, ataupun tengkleng. Kota Bengawan ini juga mempunyai sajian ayam yang mampu memancing jakun kita turun-naik. Salah satunya ayam bakar Jo Gelo.

Jo Gelo, yang arti harfiahnya jangan kecewa, mungkin memang tidak mau membikin pelanggannya menyesal sehabis njajan di sini. Nyari kedainya gampang. Lokasinya tak jauh dari Stasiun Purwosari. Tinggal menyusuri sebentar Jalan Slamet Riyadi, urat aortanya Kota Solo, sampailah kita di warung sederhana tapi lumayan luas bernama Jo Gelo.

Nah, justru dengan kesederhanaan penampilan inilah Jo Gelo sanggup menyenangkan para pelanggan yang sedikitnya menyantap 1.200 potong ayam bakar hingga tandas dalam sehari. Sepotongnya, ukuran seperempat ekor ayam-tinggal pilih paha atau dada-cuma Rp 7.500. Tambah nasi menjadi Rp 9.000, belum minumannya. Sudah jelas belasan juta rupiah omzet sehari yang masuk kas kedai ini.

Pengelola Jo Gelo juga mengakui usahanya laris-manis. Hanya, mereka tidak mau bilang omzet sebenarnya. "Itu rahasia, nanti kita malah didatangi petugas pajak. Susah nantinya," keluh Zaenal, menantu Hj. Siti Yatmi, pendiri kedai Jo Gelo. Padahal, lanjut Zaenal, Jo Gelo sudah menyetor pajak cukup besar setiap tahun.

Kedai ayam bakar yang mulai buka tahun 1984 ini memang dikelola sebagai bisnis keluarga. Pendirinya Siti Yatmi, yang berasal dari Ceper, Klaten, sekitar 20 km di barat Kota Solo. Semula mertua Zaenal ini membuka warung lesehan dengan menu ayam bakar. Lantas, sejak 1990 Bu Yatmi menambahinya dengan menu gudeg kendil.

Paduan ayam bakar dan gudeg ini rupanya cukup pas dengan selera penjajan. Bayangkan, di tengah suasana malam Solo yang syahdu, kita menyantap ayam bakar Jo Gelo, ditutup dengan minum teh manis panas. Muantep pol, mbakyu...!

Biarpun sudah cukup laris, pengelola Jo Gelo tentu ingin memperbesar usahanya. Maka, tahun 1993 mereka membeli satu warung yang letaknya selisih satu kios dari kedai semula. Penyajiannya yang semula lesehan diubah memakai kursi.

Eh, dasar sudah rezeki, ternyata Jo Gelo malah makin laris. Hingga dalam sehari mereka membakar sekitar 300 ekor ayam. Bahkan, di akhir pekan, mereka tambah sibuk membakar 500-600 ekor atawa setara 2.000-2.400 potong ayam. "Saat libur banyak pembeli dari luar Solo, terutama dari Yogya," jelas Zaenal.

Rahasia di balik manisnya Jo Gelo

Setiap hari Jo Gelo buka pukul 08.00 sampai pukul 20.00. Karena ini bisnis keluarga, hampir-hampir mereka tak mengenal hari libur. Bahkan, saat Lebaran pun mereka hanya libur pada hari raya pertama. "Itu enaknya kalau bisnis keluarga. Bisa gantian yang menjaga," ucap Zaenal, yang jelas ora gelo menjadi pengelola Jo Gelo.

Sebagai gambaran, bumbu ayam bakar Jo Gelo ini berbeda dengan bumbu ayam bakar lain. Kebanyakan ayam bakar memakai bumbu rujak, bumbu merah yang sarat dengan cabai, atau bumbu kecap sehingga terasa manis. Nah, Jo Gelo mengaku mempunyai resep sendiri. Ayam bakarnya juga terasa manis, tapi bukan manis kecap. Bumbu utamanya adalah gula merah dan gula putih. Jadi, rasa manisnya sangat dominan, rasa favorit orang Solo atau Yogya.

Cara membuatnya, gula merah dan gula pasir itu direbus dalam air sampai mendidih. Selanjutnya ayam dimasukkan, ditunggu sampai air itu hampir habis. "Tapi, jangan biarkan airnya habis, karena sisa air itu penting untuk bumbu bakarnya," jelas Zaenal, terus terang.

Membakarnya pun membutuhkan waktu singkat, rata-rata hanya tiga menit. Potongan ayam yang berenang dalam bumbu itu langsung dibakar dan segera disajikan. Agar lebih efisien, kipas konvensional sudah ditinggalkan, diganti dengan kipas angin yang tak pernah berhenti berputar.

Untuk bahan baku ayam, saat masuk ke dapur sudah berupa ayam potong. Tapi, pengelola kedai mensyaratkan pasokan ayam potong dengan ukuran tertentu, umur tertentu, dan dengan berat yang sedang. Agar kualitas terjaga, Jo Gelo hanya mengandalkan satu pemasok langganan saja yang langsung mengambil dari peternak. "Kalau mengambil dari pasar, takut kualitasnya tak terjamin," ungkap Zaenal.

Tanpa bermaksud sombong, Zaenal mengungkapkan bahwa ayam bakar resep mertuanya ini memang lezat. Gampang disesuaikan dengan lidah. Tak hanya orang Solo atau Yogya saja yang demen. Pengunjung dari lain kota pun bisa gampang terpikat. Apalagi ada keistimewaan lain: lalapnya yang disajikan segar dan sambalnya yang pedas-pedas enak.

Dengan berbagai kekhasan itu, Zaenal tak perlu khawatir dengan persaingan yang makin ketat. Bahkan, di sebelah Jo Gelo sekarang ini juga ada penjual ayam bakar kampung. "Kalau dilihat, sih, masih menang kita. Jelek-jelek begini Jo Gelo sudah punya nama. Jadi tetap jadi incaran pembeli," kata Zaenal, bangga. Ia lantas menyebut artis Ratna Listy dan Grup Naif pernah mampir di Jo Gelo.

Meski kedainya terbilang sukses, Zaenal mengaku tak ingin membuka cabang di tempat lain di Solo ataupun di luar kota. Bagi Zaenal dan juga keluarga Hj. Siti Yatmi, meski warungnya kecil dan sederhana, itu sudah lebih dari cukup untuk menghidupi seluruh keluarga. Dengan tanpa cabang, kualitas bisa terjaga. Lagi pula, sekarang ini banyak cabang palsu.

Jadi, kalau memang suka, pembeli bisa menyantap ayam bakar di sini sekenyang-kenyangnya. Kalau mau bawa oleh-oleh, ya, tinggal minta dibungkus. Ujung-ujungnya, rezeki Jo Gelo ini memang semanis rasa ayamnya.

Pesanan Lintas Kios

Ada yang unik di kedai Jo Gelo. Bagaimana tidak. Kedai ini punya dua lokasi yang hanya dipisahkan oleh sebuah kios. Kios yang lama statusnya pun masih kontrak. Oleh si empunya lokasi, tempat itu tak boleh dibeli. Padahal, hoki Jo Gelo sulit dilepaskan dari situ.

Ketika Jo Gelo makin besar dengan untung yang makin menggembung, lokasi baru jelas dibutuhkan. Padahal, membuka ca-bang jelas tak mungkin. Akhirnya, pilihan jatuh pada lokasi yang letaknya selisih satu kios itu. Dapur yang merupakan "otak" kedai adanya di lokasi kontrakan.

Tak urung, untuk mengantarkan ayam bakar yang dipesan pembeli dari kedai sebelah, pegawai Jo Gelo mesti lewat depan kios orang lain. Nah, kalau tamu pesan menu, pegawai kedai yang berjumlah sepuluh orang itu harus teriak-teriak lewat intercom.

Tapi, itu semua bukan masalah. "Justru ini jadi ciri lain dari Jo Gelo," kelakar Zaenal.

Selasa, 04 November 2008

Menjahit laba dari jasa bordir di mal

Tampil unik dan beda dari yang lain tak perlu modal gede. Bisa saja, orang pesan barang yang hanya dibuat terbatas. Tapi, kalau mau lebih hemat, anda bisa saja menambahkan beberapa pernik unik pada barang anda yang tidak ada pada orang lain. Salah satunya dengan membordir nama, logo, atau tulisan khusus pada tas, topi, baju, celana dan apa pun yang bisa di garap mesin jahit atau bordir.

Itulah sebabnya, usaha jasa bordir cukup menguntungkan. Modalnya cuma mesin dan beberapa barang pajangan. Tapi jasa ini ternyata cukup diminati orang. Buktinya, bisnis kian tumbuh di pusat perbelanjaan.

Salah satu pengusaha yang jeli melihat peluang ini adalah Alvin Sarayar. Dua tahun silam, ia memulai usaha jasa bordir di Blok M Plaza. Waktu itu modal awalnya sekitar Rp 200 juta. "Waktu itu, saya melihat peluang menawarkan jasa bordir dengan hasil cukup bagus", ujarnya.

Untuk menjalankan jasa bordir ini, Alvin membutuhkan mesin bordir, komputer, dan software disain gambar, mesin pemindai, dan bahan baku lainnya seperti benang dan kain keras. Produk yang bisa di bordir adalah kaos, kemeja, tas golf.

Selama ini, Alvin terus menjaga kualitas kerapian hasil bordirannya agar keluhan pelanggan minim."Saya menggunakan mesin bordir yang sudah terkomputerisasi," katanya. Ternyata, usahanya cukup berhasil. BAru dua tahun, ia sudah bisa membuka tiga cabang toko bordir di Jakarta.

Alvin mengaku, selama ini banyak sekali mendapatkan pertanyaan dari pelanggan, bagaimana berkesempatan menjadi mitra bisnis bordir."Lantaran banyak yang menanyakan hal itu, sejak tiga bulan lalu, saya menawarkan peluang bisnis Bordir Mania kepada masyarakat," ujarnya.

Alvin memilih sistem peluang bisnis (business opportunity) dengan investasi awal sebesar Rp 325 juta. Dengan investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan perangkat, konsep, serta sistem bisnis yang bisa langsung dijalankan.

Fasilitas yang didapat mitra adalah satu mesin bordir buatan korea, sistem administrasi, software membuat disain, memasang interior toko, printer, scanner, stock bahan baku awal seperti kemeja dan topi, serta pelatihan bagi tiga karyawan selama sebulan.

Mitra membeli bahan baku, baik benang, topi, tas, harus dari Alvin. DAlam sebulan biasanya kebutuhan barang stok bisa dua hingga tiga kali pemesanan dengan biaya sekitar Rp 7 juta hingga Rp 8 juta.

Penyediaan kebutuhan bahan bordir seperti benang dan kain keras sendiri membutuhkan biaya sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Selama ini, Alvin memproduksi sendiri beberapa bahan baku seperti kemeja, kaos dan topi. Produk jaket ia datangkan dari China.

Alvin menetapkan tarif bordir berkisar Rp 15.000 hingga Rp 60.000. Jika pelanggan ingin menggunakan jasa bordir sekaligus membeli produk yang disediakan, harganya berkisar Rp 35.000 hingga Rp 150.000. "Omzet perbulan bisa mencapai Rp 30 juta jika lokasi malnya ramai. Marjin usaha ini bisa mencapai sekitar 70 %," ujarAlvin.

Dengan omzet bulanan sebesar itu, Alvinoptimis mitra bisa balik modal sedikitnya dalam dua tahun. (sumber: Kontan daily)

telpon : (021) 7209056

Senin, 03 November 2008

Semerbak laba dari bisnis salon plus spa

Memanjakan diri di salon dan spa kini sudah menjadi kebutuhan perempuan. Setelah berkutat dengan rutinitas yang melelahkan, merawat tubuh di salon dan spa menjadi pilihan tepat ,melepaskan penat. Mulai dari pedicure, manicure, sampai berendam di Jacuzzi.
Terang saja, bisnis salon plus spa mulai semakin marak menjawab permintaan pasar yang cukup tinggi tersebut. Begitu pula yang ada di benak Imansyah Sutrisno saat memutuskan membuka salon & spa bernama “SS” Wulandari di kota tempat tinggalnya, Yogyakarta.

Sutrisno melihat, saat ini masyarakat perkotaan sudah begitu peduli pada penampilan dan kesehatan tubuh. Merawat tubuh setelah menjalankan aktifitas sehari-hari bukan kegiatan yang langka lagi.”Mereka tidak segan-segan mengghabiskan waktu seharian dan menyisihkan uang untuk pergi ke salon dan spa” ujar sutris, panggilan akrab sutrisno.

Nah, dengan bekal pengalamannya selama tiga tahun di bisnis salon & spa ini, Sutris akhirnya memantapkan diri menawarkan kemitraan pada Juni 2008. Tiga bulan sejak menawarkan kemitraan, dua salon milik mitranya sudah akan beroperasi di dua lokasi di Jakarta. “Di dua cabang ini, kami menerapkan konsep baru, yaitu menyulap rumah tua menjadi tempat usaha.” Ungkap Sutris.

Tapi, Sutris menetapkan persyaratan mendirikan cabang “SS” Wulandari. Yaitu, luas tempat yang disiapkan mitra minimal 150 meter persegi, dengan kapasitas enam ruangan untuk aktifitas salon, lulur, dan spa.

Selain itu, mitra harus membayar Rp 35 juta untuk lisensi merk selama lima tahun. Dengan membayar uang tersebut mitra akan menikmati fasilitas berupa prosedur standar operasiional, software standar keuangan, standarisasi disain interior, dan paket perawatan. “Tapi, itu belum termasuk biaya pelatihan, perlenkapan dan renovasi bangunan.

Bahan Racikan Sendiri

Namun, soal lokasi, Sutris menyarankan agar calon mitra memiliki bagunan sendiri agar usaha lebih terjamin. Kalaupun harus menyewa minimal lima tahun. “Sebab, untuk renovasi bangunan butuh dana besar’” tuturnya.

Selain tempat, mitra harus mempersiapkan bahan baku mulai dari aneka macam lulur sampai perlengkapan salon dan spa lain. Bahan baku dan item lain itu harus dibeli mitra dari kantor pusat anatara Rp 4 juta hingga Rp 6 juta perbulan.

Dengan tariff jasa salon & spa mulai dari Rp 15.000 jasa potong rambut hingga paket pra nikah sekitar Rp 500.000, Sutris mengaku salonbisa dapat omzet sekitar 30 juta per bulan. Dari omzet itu, mitra membayar royalty fee sebesar 5 %.

Setelah menghitung pengeluaran bahan baku, sewa, gaji pegawai, dan kompponen biaya lain, pendapatan bersih satu gerai salon & spa “SS” Wulandari mencapai Rp 8,5 juta sebulan. Dengan keuntungan itu, Sutris yakin mitra bisa balik modal dalam 2 tahun.

Sutris tidak khawatir pada persaingan. Agar focus, ia hanya membatasi konsumen khusus wanita. Selain itu, ia memiliki metode dan ramuan salon & spa hasil racikan sendiri. “Kami hanya menyalurkan produk itu ke cabang dan mitra saja,” ujarnya. (sumber :kontan daily)
Telpon : (0274) 871025

Kamis, 30 Oktober 2008

Berjualan singkong ala Tela Krezz

Dari kejelian seorang pemuda dari kota Yogyakarta yang jeli dalam memandang nilai jual pada ketela, maka hadirlah Tela Krezz. Produk makanan dari bahan baku ketela yang memiliki berbagai varian rasa. Tela Krezz merupakan usaha kecil menengah yang system penjualannya diwaralabakan. Usaha ini di mulai atas dasar kepercayaan kepada semua pihak yang bergabung baik menjadi agen maupun menjadi mitra Tela Krezz. Dengan demikian Tela Krezz telah berkembang dengan pesat di seluruh tanah air. Hingga awal tahun ini, Tela Krezz telah memiliki 45 keagenan dan 250 kemitraan.

Agen adalah perwakilan Tela Krezz di suatu wilayah yang berlaku ekslusif yang memiliki syarat, hak dan kewajiban tertentu. Investasi untuk menjadi agen adalah Rp 12 juta untuk kota B, dan Rp 15 juta untuk kota A. Kota A dan kota B dibedakan berdasarkan kepadatan penduduk di suatu wilayah. Sedangkan yang dimaksud mitra adalah pemilik outlet yang melakukan penjualan Tela Krezz kepada konsumen. Mitra dibagi menjadi dua yaitu mitra standard an mitra esklusif. Biaya investasi untuk mitra standar Rp 3.5 – 4.5 juta dan biaya investasi untuk mitra esklusif adalah Rp 5 – 6 juta.

Agen dan mitra Tela Krezz terdapat di Batam, Medan, Jambi, Pekanbaru, Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bogor, Bandung, Depok, Ciledug, Banten, Purwakarta, dll. Visi Tela Krezz ingin membuka lapangan pekerjaan seluas luasnya inilah yang mendorong kami untuk terus mencari para investor untuk bergabung bersama dalam usaha franchise ini. (sumber : majalah Franchise)

CM : (0274) 7000211

Rabu, 29 Oktober 2008

Dia yang mengejar dua kelinci akan kehilangan dua kelinci (by Mario Teguh)

Dia yang mengejar dua kelinci akan kehilangan dua kelinci
Itu sebabnya dalam berkarir dalam bekerja
Dalam mengejar suatu tujuan dalam hidup
Selalu menempellah seperti perangko
Mulai dikirimkan sampai di tempat tujuan
Perangko itu tetap menempel
Banyak pribadi menjadi perangko tanpa lem
Sehingga saat dikirimkan sudah lepas dalam perjalanan
Sudah meragukan tujuan tujuannya sendiri
Meragukan cara caranya
Dan yang paling parah meragukan haknya untuk berhasil
Jadi fokuslah pada satu hal, ikuti dengan sungguh sungguh
Menepellah seperti perangko kepada surat yang tetap menempel
Dari perjalanan berangkat sampai di tempat tujuan
Karena orang orang yang mengejar dua kelinci akan kehilangan dua duannya

Senin, 27 Oktober 2008

Bisnis Bengkel Motor JMM

Hidayat punya seorang putra yang hobinya ngutak-atik motor. Anak remaja itu digandrungi kawan-kawanya karena is dianggap bertangan dingin memperbaiki motor mereka. Sampai-sampai rumah Haji Hidayat ramai oleh motor. Dan, tetangga pun protes. Karena sudah mulai berisik.Hidayat, 45, karyawan bagian promosi sebuah perusahaan percetakan terkemuka, lalu curhat kepada dua orang karibnya di tempat kerja. Namanya B. Agus Widyawan, 24, dan Yustinus Wahyu Raharjo, 29.

Curhat soal si anak yang punya ketrampilan tapi mulai mengganggu kenyamanan tetangga. Eh, curhat itu temyata berbuah. Mereka lantas sepakat mencoba membuka usaha bengkel. Pilih-pilih nama, akhirnya nyangkut pada nama Jaya Mandiri Motor (JMM). "Begitu lah awal mulanya berdirinya bengkel ini," kata Wahyu, ketika bercerita kepada DUIT! di bengkel JMM di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.Maka sejak dua bulan lalu, 'tiga sekawan AWH' ini resmi telah mempunyai sebuah usaha. Dengan menyewa sebuah kios 4 x 5 meter di tepi jalan raya yang ramai, bengkel itu beroperasi sejak pagi hingga malam. Putra Hidayat yang kini sudah kuliah itu, sehari-hari ikut mengawasi manakala sang tiga sekawan bekerja. Sore hari, Hidayat mengawasi lebih intens.

Menurut Wahyu, cukup lama juga mereka mempersiapkan pendirian bengkel Mulai dari mencari lokasi yang dianggap ramai, mencari pemasok, hingga mempersiapkan tata interior bengkel mereka. Sedangkan untuk investasi awal mereka menfaatkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) sebuah bank swasta. Jumlahnva sebesar Rp15 juta atas nama Hidayat.Menurut Wahyu, mulanya dia dan Agus hanya membantu saja usaha Hidayat, yang mereka sapa dengan panggilan Baang Dayat. Namun belalcangan mereka sepakat

Untuk membagi rata distribusi permodalan, begim juga kepemilikan. Kontribusi itu dalam bentuk membayar cicilan pinjaman ke bank per bulannya yang sebesar Rp700 ribu. "Kita ini kan orang gajian mas. Jadi setiap bulan kitamenyetorkan bagian masing-masing untuk dihayarkan ke bank," kata Wahyu. Hidayat menambahkan mereka bertiga memang sepakat memulai usaha kecil-kecilan dulu.Pokolnya jalan, sambil jalan kita kembangkan, Ketiganya kemudian sepakat membagi peran dalam pengelolaannya. Hidayat lebih banyak bergelut di bidang operasional sena pengawasan operasi sehari-hari. Agus banyak menauh perhanan kepada pemasaran. Sedangkan Wahyu memusarkan pemikiran pada perihal keuangan dan administrasinya.Ketika mereka sudah sepakat berusaha dan mendapatkan persetujuan pinjaman dari bank, langkah pertama yang mereka lakukan adalah pemilihan lokasi.

Setelah survei kesana kemari, Hidayat yang setiap hari melintasi di jalan Kahfi. kawasan Jagakarsa itu. merasa bahwa itu adalah lokasi yang pas. Jalan ini selalu ramai. Memang bengkel sepeda motor cukup banyak juga di seputar jalan itu. Namun di lokasi yang mereka dapatkan hanya ada satu bengkel.Mereka kemudian melakukan negosiasi ,dengan pemilik kios. Akhirnya didapatkan kesepakatan kontrak per tahun dengan bayaran per bulan yakni sebesar Rp800ribu, Listrik ditanggung bersama sama dengan pemilik kios yang rumahnya di belakang kios, mereka membayar Rp100ribu perbulan, setelah semua siap bengkel kemudian resmi dibuka dan persiapan interior kios dan belanja perlengkapan barang barang mereka lakukan dalam tiga hari.

Sebagian besar sparepart dan peralatan mereka bell dari agen di Pasar Kenari. Dua orang pekerja mereka rekruit, sedangkan putra Pak Hidayat yang masih kuliah, torus membantu bila sudah pulang dari kuliahnya.Menurut Wahyu, upah karyawannya terdiri dari upah dan uang makan per hari sebesar Rp10 ribu. Total per bulan untuk keduanya adalah Rp400 ribu. Sementara itu tarif jasa yang mereka tetapkan adalah Rp15 ribu untuk service ringan, Rp50 ribu untuk service besar dan Rp75 ribu untuk tunai mesin. Jasa service ini tentu saja di luar penggantian spare part.Wahyu mengakui deg-degan juga di hari pertama usaha mereka ini. Sebab, selama beberapa hari sempat tidak ada pelanggannya.

Untungnya kawan-kawan anak Hidayat akhirnya datang juga meskipun agak malam. Pada minggu pertama dan kedua usaha mereka, rata-rata mereka mendapat pelanggan 4-5 motor.Siap Rugi Tiga Bulan PertamaDalam perhitungan Wahyu, Naya tetap usaha mereka adalah Rp2.4 juta setiap bulannya. Ini terdiri dari uang sewa kios, cicilan btmga bank, upah dan biaya Kami memang sudah memperhitungkan dalam empat bulan pertama mungkin akan rugi. Naawn setelah ins, kami menargetkan akan bisa mencapai titik impas operasional," kata Wahyu. Wahyu memproyeksikan, bila pada bulan pertama mereka masih hanya mendapatkan pelanggan 4-5 motor perhari, pada bulan-bulan berikutnya sudah meningkat menjadi 7-8 motor per hari. "Pada bulan keempat semestinya kami sudah bisa mendapatkan pelanggan 15 motor tambah Wahyu.

Hal ini memang diakui Wahyu tidak mudah. Apalagi pada bulan itu mereka belum mendapatkan montir utama. "Rupanya montir utama itu sudah kata Wahyu. Sebelum ini dia sudah punya calon yang direkomendasikan teman. Tapi sang montir tinggalnya di Jawa tengah dan hanya mau pindah dengan seluruh keluarganya, akhirnya negosiasi terpaksa di batalkanBelakangan mereka sedang bemegosiasi dengan montir utama lainnya. Menurut Wahyu, rata-rata gaji montir utama adalah Rp600ribu~Rp700 ribu per bulan, plus 10% dari jasa service yang dia tangani per hari. Sementara ini, keunggulan utama bengkel mereka adalah service tune up, terutama melayani para bikers, terutama anak-anak gaul yang gandrung membuat motornya lebih kencang.

Ini memang merupakan spesialisasi putra Hidayat yang sudah lama menekuni hal semacam ini. Namun ke depan, mereka akan mengutamakan service-service standar. Itu sebabnya, dalam men-can pelanggan, `tiga sekawan' ini mencoba menggunakan jejaring mereka sebagai karyawan perusahaan percetakan. Menurut Hidayat, mereka kini sedang berusaha menjalin kerjasama dengan tujuh toko utama Gramedia Group yang ada di Jakarta Selatan disamping dengan karyawan Cahaya minimarket, Toko Buku Kharisma dan Hero Supermarket Gatot Subroto.

Kerjasama yang mereka jajaki adalah dalam hal perbaikan motor para karyawannya. "Komi menawarkan diskon 20% kepada mereka dan pembayarannya bisa di akhir bulan dengan potong gaji," kata Hidayat. Perusahaan-perusahaan dimaksud di atas adalah klien mereka sebagai karyawan bagian promosi perusahaan percetakan. Selain itu, kepada pelanggan umum mereka menawarkan program 4 x service gratis setiap kali service.

Kerjasama dengan agen suku cadang juga terus dijajaki. Sementara dengan sebuah produsen oli terkemuka di Indonesia, mereka diberi tantangan, bila mereka bisa mencapai target ganti oli 100 motor dalam sebulan dengan memakai oli perusahaan tersebut, mereka akan dihadiahi papan reklame di depan bengkel mereka dengan pajaknya ditanggung oleh perusahaan tersebut.Plan BHingga saat ini, menurut Wahyu, dari investasi awal sebesar Rp15 juta, sebagian besar dialokasikan untuk pembelian persediaan barang, disamping untuk biay a operasional. Sedangkan untuk investasi merapikan interior, mereka menghabiskan Rp2 juta.Bagaimana jika tiga bulan pertama lewat dan tidak mencapai target juga?Hidayat dan Wahyu tersenyum saja menjawab pertanyaan ini. Namun, menumt Hidayat, mereka sudah punya PlanB untuk mengantisipasi hal itu.

Termasuk dengan sumber pendanaan baru yang sudah mereka cadangkan. "Tetapi mudah-mudahan itu tidak sampai kami gunakan," kata Hidayat. Makin hari intensitas mereka bertiga mengawasi bisnis ini pun meningkat. Wahyu yang paling muda diantara mereka bertiga, secara teliti membuat catatan administrasi bengkel ins. Mcnurut Wahyu, masa-masa puncak jasa mereka biasanya adalah pada hari Jum'at, Sabra dan Minggu. Naman, tambah dia, ada pelajaran bans yang mereka dapatkan. Ternyata setelah mereka jalan beberapa hari, walau pada sore hari pelanggan mulai sepi, menjelang malam malah bisa tambah ramai lagi. "Nah, karena itu kami akhirnya bicara dengan pemilik kios, apakah kami bisa buka sampai agak malam. Teryata disetujui. Kami buka sampai jam 9 malam," kata Wahyu.

Menerabas Bisnis Ikan Hias

Potensi ekspor ikan hias Indonesia cukup besar. Sayangnya, masih banyak kendala. Ekspor ikan hias, misalnya, masih didominasi pembeli dari Singapura. Mereka pun leluasa mendikte harga. Seorang eksportir ikan hias yang namanya, sebut saja, Rudy, kesal benar dengan Departemen Kehutanan. Pasalnya, dia tetap tidak bisa mendapatkan izin menjadi eksportir ikan arwana Irian atau schlerrophagus jardini. Padahal, Rudy mengaku sudah mengurus berbagai persyaratan administratif.Pantas saja kalau Rudy merasa kesal.

Soalnya, arwana yang habitat asalnya di sungai-sungai Merauke ini merupakan ikan yang laku keras di pasar internasional. Bagi eksportir ikan hias, mengekspor ikan arwana berarti membawa keuntungan tersendiri, karena, biasanya sang importir juga lantas membeli ikan-ikan yang lain. "Dengan begitu, kalau bisa mengekspor arwana, bargaining power kepada pembeli di luar negeri lebih besar," kata Rudy.

Ternyata, yang mengeluh soal ketentuan ekspor arwana bukan hanya Rudy. Hendra Iwan Putra, pemilik Harlequin Aquatics, unit usaha yang melakukan ekspor impor ikan hias, juga mengatakan hal serupa. Sebenarnya, ia sudah mengusahakan agar Departemen Kehutanan bisa mengizinkan lebih banyak pelaku eksportir arwana. Namun, sampai sekarang belum berhasil juga.Menurut Hendra, Departemen Kehutanan mempermasalahkan kelestarian arwana, jika eksportir jenis ini terlalu banyak.

Wajar saja. Soalnya, harga arwana juga tidak jelek-jelek amat. Untuk itu, Hendra sudah mengusulkan agar ekspor arwana dibatasi dengan kuota. "Tapi, belum berhasil juga," kata Hendra, yang juga Sekretaris Jenderal Indonesia Tropical Fish Exporters Association (Inafish) ini. Departemen Kehutanan tetap melarang ekspor arwana, kecuali ikan hasil penangkaran. Masalah yang membelit ekspor arwana, ternyata cuma satu dari sekian banyak masalah dalam bisnis ikan hias Indonesia. Alhasil, meski Indonesia memiliki banyak sekali koleksi ikan hias, para eksportir kita bak tidak bergigi di pasar internasional.

Kok, kalah jauh dengan SingapuraSebagaimana terungkap dalam salah satu seminar Indonesia Fish akhir September lalu, sebenarnya Indonesia telah menjadi eksportir ikan hias sejak 1970-an. Pasarnya Singapura dan Hongkong, dengan nilai ekspor sekitar US$ 100.000 setahun. Dari dua negara tersebut ikan hias Indonesia diperdagangkan ke seluruh penjuru dunia. Menurut data, tercatat tidak kurang dari lima puluh negara sudah menjadi pasar ikan hias Indonesia. Tapi, karena melalui tengkulak di Singapura dan Hongkong, devisa yang kita peroleh dari perdagangan ikan hias internasional ini tidak terlalu besar.

Sejauh ini, devisa ikan hias tertinggi adalah US$ 12 juta, pada 2002. Ironisnya, Singapura justru mengungguli Indonesia dalam hal perdagangan ikan hias. Mereka mendominasi pasar Eropa sampai 25%, sementara ekspor Indonesia ke sana cuma tercatat 9%. Singapura juga memegang 30% pangsa ikan hias Amerika, sementara Indonesia hanya 6%. Namun, sebagian eksportir Indonesia rupanya sudah puas dengan memasok ikan hias pada para pembeli Singapura. "Padahal, para eksportir Singapura ini bisa menjual kembali dengan harga berlipat-lipat ke pembeli di negara lain," kata Hendra.

Dulu, Hendra mengaku juga menjual ikan ke Singapura, tapi belakangan ia merintis sendiri pasar Eropa dan Amerika. Alhasil, para pembeli di Singapura memegang peran yang penting dalam penentuan harga. Hendra memberi contoh fenomena ikan botia yang berasal dari Pontianak dan Jambi. Ketika sedang panen, harga ikan botia cuma Rp 2.000 seekor. Pembeli Singapura menetapkan harga Rp 2.000 per ekor, dan eksportir Indonesia pun sepakat. Biasanya, pembeli Singapura memborong ikan botia dalam jumlah besar dan menyimpannya.

Ketika panen berakhir, mereka akan menjual ikan tersebut dengan harga berlipat ganda. Padahal, saat itu pula, biasanya importir dari Eropa dan Amerika mencari ikan langsung dari sumbernya di Indonesia. Tapi, apa daya, ikan yang sama sudah diborong pedagang Singapura. Hal ini terjadi berulang kali. Menurut Hendra, pedagang kita jadi sangat bergantung pada Singapura. Mempertemukan eksportir dan importir langsungSumpeno Suryo, Dirjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan, sepakat bahwa para eksportir Indonesia harus melepaskan ketergantungannya pada Singapura.

Itu sebabnya, departemennya secara rutin menyelenggarakan pameran ikan hias di dalam negeri dan luar negeri. Misalnya, mereka pergi ke Jerman, RRC, dan Taiwan. "Tahun depan kami juga akan pameran di Jepang," kata Sumpeno. Melalui pameran itu, para eksportir Indonesia bisa bertemu langsung dengan importir dari Amerika dan Eropa. Di sisi lain, Sumpeno mengakui bahwa para eksportir Singapura mempunyai kelebihan sehingga bisa menguasai pasar ikan hias di berbagai negara. "Mereka bisa menjaga kontinuitas pasokan, jumlah, mutu, dan ukuran," katanya.

Hal ini bisa dilakukan karena mereka memiliki fasilitas raiser untuk membesarkan ikan hias. Fasilitas serupa itu baru saja dibangun di Cibinong. Selain harus sering-sering mempertemukan eksportir dan importir langsung, menurut Hendra, pemerintah juga harus membenahi beberapa aturan yang relevan. "Banyak ketentuan pemerintah yang tidak mendorong daya saing ikan hias Indonesia," katanya. Ia menunjuk ketentuan soal ekspor arwana tadi. Menurut Hendra, Menteri Kehutanan menetapkan arwana hanya sebagai satwa buru untuk upacara adat, pangan, dan penangkaran. T

api, akibat aturan tersebut, ikan ini lantas banyak dicari dan harganya menjadi mahal. Tambah lagi, "Ikan ini tetap bisa keluar negeri lewat penyelundup," kata Hendra. Soalnya, jardini ini tidak masuk daftar larangan CITES. Maka, kata Hendra, ada pembeli Eropa yang heran karena ia tidak bisa mendapatkan arwana di Indonesia, tapi malah bisa membelinya di Singapura. Nah, lo! Tawarkan Ikan AndalanHendra Iwan Putra, Sekretaris Jenderal Indonesia Tropical Fish Exporters Association (Inafish), mengatakan bahwa Indonesia merupakan surga bagi ikan hias. "Negara kita itu sumber ikan hias yang bagus," ujar Hendra.

Ia mencontohkan, banyak ikan hias dari Afrika yang bisa dibudidayakan di sini, lalu diekspor. Saat ini saja, kita sudah membudidayakan sekitar 300 jenis ikan hias. Selain ikan hias hasil budi daya, ada dua ikan asli habitat Indonesia yang banyak peminatnya. Yakni arwana dan botia. Ada tiga jenis arwana: arwana jardini dari Papua, arwana super-red dan hijau dari Kalimantan, serta arwana golden red yang bisa diperoleh di Sumatra, Riau, dan Jambi. Adapun sentra ikan botia adalah Pontianak dan Jambi. Ikan hias jenis ini belum ditangkarkan, karena pasokannya konon bisa sampai ratusan juta ekor saat sedang musim.

Dua jenis ikan inilah yang seharusnya bisa mendongkrak lagi popularitas Indonesia di pasar ikan hias internasional. Raiser Ikan Hias CibinongDepartemen Kelautan dan Perikanan telah membangun pusat pengembangan dan pemasaran ikan hias di Cibinong. Menurut Suwandi Surya, Direktur Raiser Ikan Hias di Cibinong ini, mereka membuat raiser untuk menampung ikan dari petani dan kemudian menjualnya kepada eksportir. Jadi, nantinya di sini bisa menjadi pusat perdagangan ikan hias di Indonesia.

Raiser tersebut berdiri di atas lahan seluas 17,6 ha, tapi sampai sekarang baru 5 ha yang selesai dibangun. Fasilitas yang sudah selesai pembangunannya, antara lain, gedung pengelola yang terdiri dari dua lantai untuk ruang pameran dan memajang ikan hias asli Indonesia. Kemudian ada gedung karantina, yang terdiri dari akuarium berukuran 1 m x 0,5 m x 0,5 m sebanyak 396 buah, gedung raiser dengan 108 akuarium, dan bak penampungan berukuran 2 m x 2 m x 0,5 m sebanyak 216 buah.

Menjajal tawaran minimarket syariah ala PNM

Minimarket di kota memang sudah berjibun. Tapi, di daerah dan desa, peluang bisnisnya masih besar. Jika tertarik, ada tawaran minimarket syariah dari PNM. Dengan pasokan minimal 1.000 item barang berharga grosir, usaha bermodal Rp mulai 225 juta ini bisa balik modal dalam 3 tahun. Minimarket bisa dikatakan kembangnya jalan di kota-kota besar. Di Jakarta dan sekitar misalnya, minimarket telah bercokol hampir di semua ruas jalan, mulai jalan besar hingga kompleks perumahan.

Saking banyaknya, belanja di toko ritel modern ini sama gampang dengan belanja di warung tetangga. Tapi, di pelosok pedesaan, kehadiran toko modern dengan pendingin ruang plus aneka barang tertata apik, hmm..., ini termasuk baru. Apalagi jika harga jualannya tak kalah dari harga barang di pasar atau warung, tentu minimarket bakal menyedot banyak pembeli. Inilah yang sedang ditawarkan Permodalan Nasional Madani (PNM) lewat jaringan minimarket miliknya: Madani Mart. "Orang desa kalau mau belanja sembako atau elektronik kan selalu ke kota, jadi harus keluar ongkos transportasi," ujar Erwin Mardjuni, Direktur PNM. "Dengan kehadiran Madani Mart, mereka tak perlu ke kota. Duit ongkosnya bisa ditabung, deh," sambungnya.

Setelah sukses dengan proyek pionir Madani Mart di Aceh pasca-tsunami, kini perusahaan plat merah ini menawarkan kerja sama pembukaan gerai Madani Mart ke masyarakat luas. Tapi, untuk saat ini, peluang baru terbuka di daerah yang sudah memiliki PNM Daerah atau afiliasinya yang saat ini sudah ada di 18 provinsi. Oh, ya, meski fokus di daerah-daerah, peluang membuka Madani Mart juga terbuka di perkotaan, asal pasarnya ada. "Ini sistemnya waralaba plus atau kami sebut mitralaba," kata Budi Hartanto, Kepala Bagian Business & Trade Services PNM.

Seperti waralaba, PNM lewat perpanjangan tangannya, PT Madani Mart Indonesia (MMI), akan memberikan pembinaan, mencarikan pasokan barang, dan memberi hak penggunaan nama Madani Mart kepada si mitra.Berbeda dari franchise konvensional, dalam sistem mitralaba yang menganut paham syariah ini tak ada franchise fee. "Kami memungut biaya inisiasi, dan ini hanya dibayarkan sekali," tandas Budi. Selain itu, dalam sistem mitralaba ini juga tak ada royalty fee atau management fee yang besarnya dihitung dari omzet.

Nah, sesuai prinsip syariah, dalam sistem mitralaba ini ada sistem bagi hasil kepada pihak-pihak yang terkait operasional gerai. Dan, memang cukup banyak pihak yang akan menikmati bagi hasil ini. Pertama, PNM selaku pemegang merek akan memperoleh bagi hasil sebesar 5% dari laba bersih per bulannya. Kedua, MMI selaku national head office (NHO) akan memperoleh pembagian keuntungan 15%. MMI bertugas menyiapkan sistem serta koordinasi jaringan secara nasional.

Perusahaan yang mempekerjakan beberapa mantan pegawai di perusahaan ritel besar inilah yang melakukan deal dengan produsen barang seperti Unilever dan perusahaan consumer goods lainnya. "Kami memperoleh harga yang sama dengan harga pembelian hipermarket," imbuh Budi. Ketiga, PNM Daerah yang bertugas melakukan koordinasi di daerah akan memperoleh pembagian keuntungan 10%. Keempat, regional holding office (RHO), yang mengurusi pasokan barang ke seluruh gerai Madani Mart, menentukan harga jual di setiap gerai. RHO memperoleh pembagian keuntungan 15%.

Barang tambah banyak, pembeli meningkatPihak kelima, adalah si mitra yang memiliki dan mengoperasikan gerai Madani Mart sendiri. Mitra ini bisa berupa koperasi, perusahaan, atau individual. Ada tiga tipe investasi yang bisa jadi pilihan calon mitra dengan modal sekitar Rp 225 juta-Rp 325 juta dengan luas ruang 50 m2-150 m2 (lihat tabel: Tiga Paket dari Madani Mart). Oh, ya, selain berbagai barang industri yang pengadaannya dikoordinasikan secara nasional, sekitar 40% dari barang dagangan juga bisa berupa produk lokal. Misalnya, bahan makanan yang cepat rusak. "Pemilik gerai bisa mengajukan produk lokal yang ingin dijualnya kepada RHO," tandas Budi.

Yang unik pada sistem mitralaba Madani Mart ini adalah sistem harga berjenjang. Ada lima tingkatan harga di Madani Mart yang juga berfungsi sebagai grosir besar. Harga jual termurah diberikan kepada pembeli grosir sedang, disusul ke grosir kecil, pedagang warung, ke anggota, dan yang paling mahal ke pembeli ritel biasa. Pemilik gerai ini akan memperoleh pembagian keuntungan sebanyak 55% dari laba bersih gerai per bulan. Angka ini boleh jadi tampak kecil. Lalu, apa enggak mendingan buka toko sendiri saja? Budi meyakinkan, keuntungan pemilik toko dalam jaringan Madani Mart lebih besar dari pemilik toko biasa. "Dengan masuk ke jaringan Madani Mart, item barang yang mereka jual akan banyak, minimal 1.000 item, harganya pun murah," tandasnya.

Dengan item barang lebih beragam dan harga bersaing, menurut Budi, penjualan akan meningkat. Setidaknya, hal ini sudah dibuktikan Madani Mart milik KUD Usaha Tani yang berlokasi di Desa Air Putih, Indragiri Hulu, Riau. Sebelum bergabung dengan Madani Mart, toko yang berada di tengah perkebunan sawit ini hanya menjual sekitar 100 item barang. "Kami paling hanya bisa memenuhi 10% kebutuhan masyarakat di sini," beber Sutarno Kudin, Ketua KUD Usaha Tani.

Kini, setelah menjadi minimarket dengan lebih dari 1.000 item dagangan, kata Sutarno, mereka bisa memenuhi hampir semua kebutuhan masyarakat sekitarnya. Walhasil, omzet Madani Mart KUD Usaha Tani yang mulai beroperasi 28 Februari 2006 ini pun melejit. "Dulu omzet kami paling Rp 110 juta setahun. Setelah jadi Madani Mart, kini sebulan penjualan kami sudah sekitar Rp 165 juta sebulan, dengan laba bersih Rp 8 juta," beber Sutarno gembira. Dengan keuntungan segitu, Sutarno yakin modal sekitar Rp 250 juta yang mereka tanamkan bakal kembali dalam 3 tahun. Nah, Anda ataupun koperasi Anda kepengin jadi juragan minimarket di daerah?

Peluang baru: bisnis buku eksklusif

Kini mulai ngetren membuat buku eksklusif yang berisi kisah hidup, roman, atau tema lain yang dibuat khusus sebagai hadiah untuk seorang yang istimewa atau cendera mata pada sebuah pesta. Tentu ini menjadi ladang bisnis baru yang menarik, apalagi pemainnya masih sangat sedikit. Kapan ibu, pacar, pasangan hidup, atau orang-orang terdekat Anda berulang tahun? Tentu, jauh hari Anda sudah merencanakan hadiah yang berkesan buat mereka.

Setangkai bunga, sebutir berlian, atau ponsel seri terbaru memang merupakan hadiah yang romantis, tapi sudah tidak terlalu spesial lagi. Atau, jangan-jangan tahun lalu, Anda sudah memberikannya. Tak usah bingung. Kenapa Anda enggak mencoba memberinya sebuah buku yang dibuat dan dicetak khusus untuk seseorang yang istimewa? Isinya bisa berupa kisah perjalanan hidup ibu yang sudah berjuang keras membesarkan Anda. Atau, cerita roman perjalanan cinta Anda dengan sang kekasih.

Bisa juga berupa kumpulan puisi dan surat cinta yang dipadukan dengan foto-foto Anda berdua. Ditanggung yang menerima bakal terharu, dan surprise, deh!Membuat buku pribadi yang dicetak secara eksklusif macam ini memang mulai ngetren. Tak hanya untuk hadiah bagi orang terdekat, belakangan mulai banyak pula orang yang menjadikannya sebagai cendera mata pesta perkawinan, ulang tahun perkawinan, atau event bermakna lainnya. Soal pembuatan tak usah khawatir.

Anda tak perlu pusing menulis buku itu sendiri, sementara Anda tak berbakat menulis. Soal jumlah eksemplar buku, terserah Anda, mau satu eksemplar, ratusan atau jutaan eksemplar. Anda tinggal memesannya pada perusahaan yang kini menawarkan jasa pembuatan buku pribadi dan eksklusif ini. Tarifnya beragam, mulai dari berapa ratus ribu hingga jutaan per eksemplar. Ya, munculnya kebutuhan untuk membuat buku-buku yang dibuat dan dicetak dalam jumlah sedikit ini tentu saja telah memunculkan peluang bisnis baru. Namanya juga bisnis baru, pemainnya masih sedikit, mungkin cukup dihitung dengan jari di sebelah tangan.

Salah satu pemain terbesarnya adalah Kisah Personal Publishing yang mulai menawarkan jasa pembuatan buku eksklusif ini sejak 2004. Awalnya, kata Christian Soeseno, Managing Director Kisah Personal Publishing, dia mencoba membuat sebuah wedding story book, dan ternyata berhasil. "Produk baru mendapat sambutan sangat bagus, permintaannya pun ada," ungkapnya bersemangat. Kini, salah satu divisi perusahaan Subur Printing Network ini tak hanya menawarkan pembuatan buku eksklusif untuk pernikahan.

Dia juga bisa membikin potongan-potongan cerita kehidupan, otobiografi, baby book, atau tema lain sesuai dengan permintaan pelanggan. Soal jumlah pesanan, teknologi cetak digital memungkinkan pelanggan bisa mengorder satu eksemplar sekalipun. "Kami bisa menerima order walaupun hanya satu atau dua eksemplar," ujar Christian.Ladang bisnis baru bagi percetakanTren memberi hadiah atau cendera mata berupa buku eksklusif ini jelas menjadi peluang usaha yang menarik untuk dijajal. Apalagi, pemainnya sampai saat ini memang masih amat sedikit.

Peluang usaha ini bisa dilakukan banyak kalangan. Baik oleh mereka yang sudah punya bisnis percetakan seperti Subur, maupun oleh para penulis, fotografer, atau oleh mereka yang yakin bisa mencari banyak pelanggan. Yang paling mudah masuk ke bisnis ini tentu saja mereka yang sudah bergerak di bisnis percetakan. Dengan begitu, mereka tak perlu keluar modal untuk membeli mesin cetak. Maklum, harga mesin cetak lumayan besar. "Untuk membeli seunit mesin cetak sederhana, Anda butuh modal sekitar Rp 45 juta-Rp 50 juta," ujar Galuh Wahyono, pemilik PT Inti Warna, percetakan yang berlokasi di Bintaro, Tangerang.

Kalau sudah punya mesin, tentu Anda tinggal mencari tenaga penulis untuk menulis atau menyusun buku tersebut. Urusan mencari penulis ini tidak susah. Selain ada begitu banyak penulis lepas, banyak pula para penulis atau jurnalis yang bersedia menulis di luar tugas tetapnya sebagai pekerjaan sampingan. Tapi, tentu Anda harus memilih yang benar-benar bisa menulis dengan struktur bahasa dan logika yang baik, serta indah. Agar bisa menghasilkan buku yang merupakan karya seni dan koleksi yang baik, "Konsep buku itu harus dipikirkan dengan matang," ujar Christian.

Konsep ini bisa merupakan gabungan ide Anda, penulis, fotografer, dan tim desain Anda. Oh, ya, selain penulis, pemilik percetakan juga sebaiknya menjalin kerja sama dengan seorang fotografer. Ini untuk mengantisipasi jika koleksi foto-foto milik si pelanggan ternyata tak cukup untuk dimuat di buku pesanan pelanggan. Dan, tentu saja, Anda juga harus merekrut tenaga desain grafis yang andal, sehingga setiap buku memiliki tata letak dan cover yang khas dan eksklusif. Bagi para pengusaha percetakan, jika berhasil mendapatkan order, bakalan bisa menikmati tambahan penghasilan yang lumayan.

Sebab, menurut Christian, dari tarif Rp 300.000 hingga Rp 7 juta per eksemplar yang ditawarkannya ke pelanggan, pihaknya bisa menikmati margin hingga 25%. Peluang bisnis bagi para penulisTak hanya bagi pemilik usaha percetakan, bisnis pembuatan buku ekslusif ini juga bisa menjadi ladang bisnis bagi para penulis atau Anda yang mahir menulis dengan baik. Anda tinggal mencari pelanggan, lalu membuat konsep dan isi buku yang bagus. Soal percetakan, Anda tinggal menyerahkan ke percetakan.

Di pasaran ada banyak percetakan dengan teknologi digital yang siap mengerjakan pesanan dalam kuantitas kecil. Dan, kalau Anda rutin memperoleh orderan, Anda bisa memperoleh diskon khusus. Usaha begini sebenarnya sudah cukup banyak dilakoni oleh para penulis atau jurnalis. Salah satunya seperti dilakoni Imran Hasibuan, seorang penulis dan juga Direktur Q Communication, sebuah perusahaan konsultan media. Lewat jaringan perkenalannya yang lumayan luas sebagai penulis dan konsultan media, Imran telah mengerjakan banyak buku berisi otobiografi orang-orang terkenal, salah satunya otobiografi Taufik Kiemas. "Untuk mencari pelanggan, saya enggak pakai marketing khusus, cukup dengan kedekatan sama calon klien," beber Imran.

Soal percetakan, bekas wartawan Majalah Forum ini mengaku tak melulu pakai percetakan tertentu. Setiap ada order, dia mencari percetakan yang layanannya bagus dan harganya bersaing. "Yang penting dalam memilih percetakan adalah kualitas cetaknya, karena kualitas cetakan sangat penting dalam bisnis ini," tambah Imran yang mematok fee sekitar 30% dari tiap buku yang ia kerjakan.Ya, yang paling penting dalam bisnis ini memang memperoleh order. Kalau sudah dapat order, meski tak punya percetakan sendiri atau bahkan juga tak bisa menulis, Anda tetap bisa menikmati untung. Kuncinya, Anda harus punya jaringan yang kuat serta kreatif menciptakan konsep buku yang menarik bagi pelanggan. Tertarik untuk mencoba?