Laman

Selasa, 22 September 2015

Biro jodoh online antara guru private dan murid

Sebagai industri, dunia pendidikan menawarkan celah bisnis yang terbentang luas. Lihat saja sekarang, kita bisa melihat banyak sekolah formal dengan berbagai jenjang pendidikan maupun pendidikan informal dengan berbagai keterampilan yang ditawarkan.
Nah, era digital ternyata juga merasuk ke dunia pendidikan. Hal itu dibuktikan dengan munculnya startup di sektor pendidikan, yakni Ruang Guru. Startup ini dirintis oleh dua rekan Adamas Belva Davara (24) dan Iman Usman (23). Kedunya saling mengenal sebelum melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dua tahun lalu.
Iman bercerita, ide mendirikan Ruang Guru berawal dari pengalaman sendiri. Setelah lulus SMA dan mempersiapkan diri untuk dunia kuliah, mereka kesulitan mendapatkan guru atau tentor untuk mendampingi belajar. “Banyak tentor yang mengiklankan dirinya, tapi kami tidak tahu jejak rekamnya seperti apa. Pilihan lain adalah ikut bimbel, tapi yang jadi masalah, kami hanya butuh tentor untuk satu mata pelajaran tertentu,” ujarnya.

Ternyata, masalah ini tak hanya dialami oleh keduanya. Mereka mendapati bahwa banyak orang juga mengalami kesulitan yang sama. Dus, muncullah ide untuk membuat marketplace untuk para guru dan murid yang diharapkan bisa saling memenuhi kebutuhan. “Murid tentu butuh guru, dan guru pun butuh murid untuk portofolio mereka dan untuk pemasukan,” katanya.
Tadinya, Ruang Guru mau dibuat jadi bimbingan belajar online. Namun kondisi dalam negeri belum memungkinkan. Salah satu alasan ialah jaringan internet yang tidak cepat. Dus, mereka menciptakan platform online untuk memfasilitasi kebutuhan para guru dan murid.
http://supplier.id/?join=716
Melalui Ruang Guru, murid bisa mencari guru yang tepat ketika ingin mempelajari suatu hal, tak terbatas pelajaran sekolah saja. Demikian pula, bagi guru, Ruang Guru jadi tempat untuk mendapatkan murid.
Guru yang dimaksud tak hanya orang-orang yang berprofesi sebagai guru, tapi juga orang yang punya pengetahuan dan keterampilan tertentu lantas mau berbagi pengetahuan dan keterampilan tersebut. “Ada orang yang mau belajar yoyo, tersedia pengajar yoyo di Ruang Guru,” ucap Iman.
Belva dan Iman merintis startup ini pada 2013. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat untuk menjalani pendidikan pascasarjana, mereka sudah merekrut beberapa karyawan di Jakarta sebagai cikal bakal Ruang Guru. Lalu, selama berkuliah, mereka mengembangkan Ruang Guru hingga diluncurkan pada April 2014.
Ketika dirilis, sudah ada 500 orang guru yang terdaftar di Ruang Guru. Jumlah ini terus meningkat. Saat ini, kata Iman, jumlah guru sudah mencapai 20.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun jumlah murid yang menggunakan jasa guru ini tak mau dibocorkan Iman.
Untuk tarif pengajaran, Ruang Guru menyerahkan pada para guru untuk menentukan tarifnya. “Bayaran selama ini jadi masalah bagi banyak guru. Di sini kami ingin guru bisa memberi nilai pada dirinya sesuai kualitasnya,” ujarnya.
Namun, Belva dan Iman menetapkan tarif pengajaran dimulai dari Rp 50.000 per jam. Batas atasnya ditentukan oleh guru. Iman bilang, bila dirata-ratakan tarif pengajaran di Ruang Guru Rp 100.000 per jam.
Untuk setiap pengajaran, murid membayar lewat Ruang Guru, bisa ditransfer melalui rekening bank atau menggunakan kartu kredit. Dari tiap transaksi tersebut, Ruang Guru mendapatkan komisi 20%.
Selain itu, Ruang Guru mulai membuka kelas sejak Agustus. Kelas ini diinisiasi oleh guru yang terdaftar di Ruang Guru dan melewati tahap kurasi. Nanti, sang guru yang menetapkan topik dan tarif pengajaran untuk kelompok belajar.  Murid yang tertarik bisa membeli tiket untuk ikut kelas itu. “Ruang Guru mendapat komisi 10%-15% dari tiap murid yang mendaftar kelas tersebut,” sebut Iman.
Meski enggan menyebutkan omzet yang diperoleh, Iman yakin peluang bisnis startup di bidang pendidikan terbuka lebar. Pasalnya, belum banyak pelaku usaha yang secara
konsisten mengembangkan startup serupa.

Saling mengedukasi
Anda tertarik menggeluti startup serupa? Iman mengatakan, tak ada tahapan saklek yang harus dilewati dalam mengembangkan startup di bidang pendidikan. Namun, menurut pengalaman, persiapan awal yang harus dilakukan ialah merekrut guru dan developer untuk mengembangkan situs.
Menurut Iman, banyak orang yang tertarik jadi guru karena selama ini sistem pendidikan yang ada kurang menghargai jasa guru. Iman bilang, baik institusi pendidikan formal maupun informal biasanya menarik komisi tinggi dari guru dengan kisaran 40% - 70%.
Cara mendapatkan guru juga bisa melalui komunitas pengajar. Di sisi lain, para guru juga mendapatkan pelatihan dari Ruang Guru. “Mereka tidak hanya mendapat pemasukan, tapi juga ada training dan edukasi lain yang terus kami berikan,” imbuh Iman.
Guru yang mendaftar harus melalui sejumlah prosedur yang dilakukan secara online, seperti mengisi formulir dan melampirkan ijazah. Bila pernah mendapat penghargaan di bidang yang dikuasai, juga bisa disertakan. Selanjutnya, akan ada verifikasi. Bila dinyatakan lolos, maka profil guru tersebut akan ditampilkan di ruangguru.com.
Bagi para orangtua dan murid, Ruang Guru pun kerap memberi edukasi mengenai cara kerja Ruang Guru. Situs Ruang Guru pun dibuat agar memudahkan para orangtua mengakses dan memilih guru untuk anaknya.
Setelah sepakat, proses pengajaran berlangsung secara tatap muka. Iman bilang, memang ada risiko bahwa selanjutnya guru dan murid mengadakan transaksi di luar Ruang Guru. Makanya, mereka membuat sistem penilaian bagi guru yang tergabung di Ruang Guru. “Semakin bagus nilai mereka dan semakin banyak jam mengajar, maka orang-orang akan semakin sering menggunakan jasanya,” ucap dia.
Saat mempersiapkan usaha ini, Belva dan Iman merogoh kocek sendiri untuk jadi modal. Mereka mulai dengan merekrut guru dan membuat situs. Nah, untuk mengembangkan startup ini, akhirnya Belva dan Iman menyadari butuh suntikan dana.
Sejauh ini, Ruang Guru didanai oleh dua venture capital. Yang pertama ialah East Venture yang sudah berlangsung sejak tahun lalu. Lantas tahun ini, mereka kembali didanai oleh perusahaan pembiayaan startup yang belum bisa disebutkan namanya. “Jumlahnya juga tak bisa kami sebutkan karena ada non-disclosure agremeent,” tandasnya.
Pendanaan dari pihak ketiga diakui Iman membuat perubahan signifikan pada startup-nya. Hal ini bisa dilihat dari karyawan yang terus ditambah. Kalau dulu startup ini dimulai hanya dengan dua karyawan, kini Ruang Guru mempekerjakan 16 orang karyawan. “Sampai akhir tahun, kami mau tambah jadi 50 karyawan,” katanya.
Kebanyakan karyawan bergulat di bidang teknis untuk mengembangkan situs Ruang Guru. Iman berujar, tenaga kerja untuk bidang teknis ini masih sangat terbatas. Padahal, kebutuhannya cukup tinggi.
Ia melanjutkan, kesuksesan sebuah startup sangat dipengaruhi oleh produk yang dimiliki. Menurut dia, Ruang Guru bisa menguasai pasar karena jadi solusi bagi para guru dan murid. “Itu yang akan terus kami kembangkan,” tambahnya.
Dus, pada awal 2016, Belva dan Iman akan menambah varian jasa yang ditawarkan di Ruang Guru. “Saya belum bisa menyebutkan, tapi masih berhubungan dengan dunia edukasi,” ujar  Iman.
Dalam menghimpun guru dan memasarkan jasanya, Ruang Guru gencar memanfaatkan berbagai media sosial, seperti Facebook, Youtube, Twitter hingga Google Ads dan SEO serta offline marketing. Mereka juga gencar mengadakan kampanye dalam bentuk kelas-kelas publik bertajuk Campus, School, and Media Visit. Salah satunya, dengan Tempo Group untuk try out seleksi masuk perguruan tinggi.
Siap menjadi biro jodoh bagi guru dan para muridnya?   

Tidak ada komentar: