Laman

Minggu, 26 Oktober 2008

Sedapnya Laba Suga Fried Chicken dan Kebab


AYAM goreng (fried chicken) berbalut tepung bumbu yang renyah dan gurih memang mempunyai banyak penggemar. Menu ini menjadi favorit, baik untuk anak-anak maupun orang tua. Tengok saja antrean pembeli di gerai ayam goreng tepung di pusat perbelanjaan.Saking banyaknya penggemar, menu ini juga meluber masuk di kelas kaki lima atau kios pinggir jalan. Penampilannya pun tak jauh beda.

Tapi, soal harga dan rasa bisa saja berbeda. Namun, apapun bedanya, usaha ayam goreng ini tetap saja menguntungkan bagi pemainnya.Adalah Agus Setiawan yang menekuni bisnis ini dengan telaten. Bahkan, pria yang hobi memasak ini mereka-reka sendiri resep yang paling top untuk fried chicken-nya. "Untuk mendapatkan resep yang pas ini, saya membutuhkan waktu sampai lima bulan," katanya.

Setelah cukup yakin, akhirnya pada Februari 2004, Agus membuka gerai pertama di Villa Nusa Indah, Bekasi. Ia memberi nama gerainya Suga Fried Chicken. Dengan menu awal ayam goreng renyah, Agus berhasil menarik cukup banyak pembeli. Bahkan pembeli rela mengantre untuk mendapatkan fried chicken harga kaki lima itu.Sukses dengan menu ayam, selang tiga bulan kemudian, Agus menambah menu kebab di gerainya. Roti berisi daging sapi dan sayuran nan khas Timur Tengah ini pun laris manis.

Rasanya menggoyang lidah, tapi harganya tak sampai membuat kantong pembeli kering.Rasa enak dengan harga miring ini ternyata menjadi magnet tersendiri bagi pembeli. Bagaimana tidak, hanya dengan Rp 7.500, Anda bisa menyantap nasi, ayam, dan air mineral. "Untuk membeli kebab Anda cukup merogoh Rp 7.000 saja," tambahnya.Kurang setahun BEPBisnis Agus semakin berkembang.

Dalam waktu yang tak begitu lama, Agus sudah memiliki tiga gerai di sekitar kompleks perumahan Villa Nusa Indah. "Masing-masing selang sekitar empat sampai lima bulan," ungkapnya. Ketiga gerai tersebut hadir dengan konsep take away (pesan ambil).Setelah gerainya berkembang dengan bagus, pada 2006, Agus mulai menawarkan sistem waralaba (franchise) untuk pengembangan gerai Suga Fried Chicken. Langkah ini dia ambil lantaran beberapa konsumen dan kawan Agus tertarik untuk mengikutinya terjun ke bisnis panganan ini.

Agus menawarkan waralaba Suga Fried Chincken dengan harga miring. Hanya dengan Rp 16 juta, siapa pun dapat memulai bisnis Suga Fried Chicken atau kebab. "Tapi, jika sekaligus ingin menghadirkan dua menu itu dalam satu gerai, besaran investasi yang mesti disetor sebesar Rp 28 juta," katanya. Harga ini sudah termasuk franchise fee, pelatihan dua karyawan selama dua minggu, peralatan, dan bahan baku awal.Sistem waralaba ini berlaku untuk masa waktu lima tahun dengan fee royalti sebesar 5% dari omset per bulan.

Sebagai terwaralaba, Anda mesti menyiapkan sendiri tempat usaha yang strategis dan karyawan untuk mengelola.Kunci sukses bisnis ini, menurut Agus, adalah pemilihan lokasi yang tepat. Untuk Jabodetabek, sekitar perumahan adalah lokasi yang paling strategis untuk bisnis ini. Tips sukses lain, "Perlu kreativitas dan usaha keras agar berhasil," katanya.Saat ini, Agus sudah memiliki 15 gerai Suga Fried Chicken. Tujuh di antaranya milik Agus sendiri dan sisanya milik terwaralaba. Dua di antaranya ada di luar kota, yakni di Sukabumi dan di Tasikmalaya. Enam lainnya ada di Jabodetabek. "April ini, akan ada dua mitra lagi yang bergabung. Mereka membuka gerai di Tanjung Penang dan di Medan," ungkap Agus.Terlepas dari risiko dan naik turunnya usaha, Agus mengatakan target omset untuk kebab rata-rata Rp 9 juta per bulan.

Sedangkan untuk fried chicken adalah Rp 15 juta per bulan. Akan tetapi, jika tepat dalam memilih lokasi, Anda bisa mendapatkan hasil minimal Rp 1 juta per hari.Budi Setiawan, salah satu terwaralaba yang membuka gerai di Jalan Panjang, Jakarta Barat, mengungkapkan bahwa usaha ayam gorengnya bisa meraup omset hingga Rp 30 juta per bulan. "Padahal, saya baru memulai usaha ini sejak lima bulan lalu," jelasnya.Agus memperkirakan, bisnis ini bisa break even point (BEP) sekitar enam hingga 12 bulan. "Ini dengan estimasi pendapatan berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per hari," imbuhnya.Ia menambahkan, dengan mengambil waralaba ini, para mitra tidak perlu memulai dari nol untuk mengolah produk. Mereka tinggal aktif untuk mengembangkan pasar. "Semuanya kembali ke para mitra. Sekuat apa kemauan atau kesungguhannya dalam menggeluti bisnis ini," ucapnya. (Fransisca Yuli Astuti/Kontan)

Tidak ada komentar: